Sugiem (40), warga Lingkungan Parungsari, RT.08/03, Kelurahan Karangpanimbal, Kecamatan Purwaharja, Kota Banjar, terpaksa kini menggunakan kayu bakar akibat harga gas elpiji mahal. Photo : Hermanto/HR
Banjar, (harapanrakyat.com),-
Akibat sempatnya kenaikan harga gas elpiji 12 kg (non subsidi), membuat sejumlah warga yang terbiasa menggunakan gas elpiji non subsidi beralih ke kemasan 3 kg (subsidi). Dan akhirnya berimbas terhadap pasokan elpiji kemasan 3 kg, kelangkaan pun sempat memicu kenaikan harga.
Para pengguna elpiji si tabung melon pun semakin kelimpungan, terutama mereka keluarga pra-sejahtera. Akhirnya, banyak warga golongan tersebut akhirnya beralih kembali menggunakan kayu bakar.
Seperti yang dilakukan Sugeim (40), pedagang warung nasi dan gorengan, warga Lingkungan Parungsari, RT.08/03, Kelurahan Karangpanimbal, Kecamatan Purwaharja, Kota Banjar ini, kini beralih ke kayu bakar lantaran mahalnya harga gas elpiji.
“Untuk sementara saya pakai kayu bakar dulu karena sekarang gas elpiji mahal,” ujar Sugiem, saat ditemui HR di warungnya, Selasa (14/01).
Keluhan serupa juga diungkapkan Wanto (31), pedagang mie ayam, warga Lingkungan Cikadu, Kelurahan Karangpanimbal, Kecamatan Purwaharja, Kota Banjar. Dia mengaku bingung dan dilema dengan naiknya harga elpiji kemasan 12 kilogram.
Menurutnya, untuk menutupi biaya operasional, dirinya harus menaikan harga satu porsi mie ayam. Namun, jika dinaikan dia khawatir akan kehilangan pelanggannya.
“Jujur saja bagi saya kenaikan elpiji dirasa sangat memberatkan. Untuk sementara saya memasak menggunakan kayu bakar dulu. Kalau harga dinaikan kasihan sama pelanggan,” katanya.
Wanto pun berharap kepada pemerintah supaya secepatnya menurunkan harga gas elpiji kemasan 12 kilogram agar usahanya tetap berjalan, dan tidak mengalami kerugian.
Di lain tempat, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kota Banjar, H. Soni Horison, mengatakan, kenaikan harga elpiji 12 kilogram merupakan keputusan pemerintah pusat.
Meski begitu, pihaknya akan terus melakukan pemantauan dan pengawasan secara ketat di lapangan, lantaran tidak menutup kemungkinan adanya kecurangan seperti misalnya penimbunan, dan dikhawatirkan dapat memicu gejolak di masyarakat.
“Kami akan terus memperketat pengawasan dan pemantauan lebih intensif di lapangan, karena dikhawatirkan adanya kecurangan, baik penimbunan gas elpiji kemasan 12 kilogram maupun 3 kilogram,” kata Soni. (Hermanto/Koran-HR)