Artikel Kiriman Pembaca
Oleh : Ghitha Nisa Kamilah
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang melahirkan individu-individu baru sebagai generasi yang suatu saat akan berperan dalam segala bidang kehidupan. Dari keluargalah seorang anak pertama kali belajar untuk mengenal dirinya,keluarganya juga nilai-nilai moralitas yang diajarkan oleh orang tuanya, terutama peran ibu yang penuh dalam mendidik anak-anaknya untuk melahirkan generasi yang unggulan.
Menjadi seorang ibu adalah peran yang mulia, dia memiliki tugas dan kewajiban yang tentunya sesuai dengan fitrahnya yaitu melahirkan, mendidik anak dan mengurus rumah tangga. Peran yang paling vital bagi seorang ibu adalah bagaimana dia bisa mewujudkan generasi-generasi yang berkualitas secara mental maupun kepribadian.
Kita mengenal orang-orang yang besar dalam sejarah tentunya mereka dilahirkan dari seorang ibu, kita pun melihat para generasi-generasi saat ini yang beragam, dari yang pasif, berprestasi hingga yang merosot dari segi moralitas dan akhlaknya, tentunya mereka pun terlahir dari seorang ibu. begitu berpengaruhnya ibu bagi kelangsungan hidup seorang anak, bagaimana tidak karena ibu adalah orang yang paling dekat dengan mereka.
Bergesernya Peran dan Timbulnya Problematika
Namun dijaman modern ini kita menyaksikan realita yang ada sebagian dari anak-anak yang kehilangan waktunya untuk bisa merasakan peran dan kasih sayang dari ibunya , pasalnya banyak dari mereka yang menjadikan separuh waktunya untuk berkerja demi menopang perekonomian keluarga, dengan kondisi saat ini yang serba harus dicukupi orang tua memang akan selalu berfikir bagaimana caranya untuk tetap memenuhi kebutuhan hidup namun tentunya dengan konsekuensi anak ditinggalkan atau dididik dibawah asuhan pembatu yang belum tentu jelas didikannya.
Akhirnya begitu banyak generasi kita saat ini yang hilang arah dan terjerumus kedalam pergaulan yang tidak sewajarnya karena peran ibu yang seharusnya mengajarkan dan mendidik anak dengan nilai-nilai moralitas tergantikan oleh kepentingan materi.
Selain dari itu dampak lainnya yang mungkin terjadi adalah renggangnya keharmonisan dalam keluarga untuk sekala lokal Pengadilan Agama Ciamis mencatat pada tahun 2012 hingga bulan Juli perceraian PNS mencapai 3.062 orang, kemudian hingga Juli di tahun 2013 mencapai 2.771.
Pengadilan Agama mendata 3.554 pemohon perceraian yang beralasan faktor ekonomi, kemudian dari faktor krisis akhlak sebanyak 107 pemohon, gangguan pihak ketiga sebanyak 9, kemudian dengan alasan ketidakharmonisan sebanyak 1.243.(Kabar-priangan.com, 31/8).
Akibatnya perceraian ini anak pula menjadi korban secara psikis dimana kondisi mereka tidak mendapatkan ketenangan dan hilangnya figur orang tua dalam benak anak. Tidak hanya sampai disitu akibat ini akan menimbulkan permasalahan lain yang semakin menjamur, larinya anak-anak untuk mencari ketenangan dengan kebebasan untuk melupakan rasa prustasi dengan pergaulan bebas, mengkonsumsi narkoba, dan lain sebagainya.
Efek Domino Sistem
Permasalahan diatas adalah bagian dari deretan masalah cabang yang berpangkal pada sistem saat ini, dimulai dari krisis ekonomi yang berdampak bergesernya peran ibu dalam keluarga, pemahaman yang salah tentang kesetaraan gender dan pola fikir yang keliru bahwa menjadi wanita karir adalah sebuah tuntutan dijaman sekarang.
Sistem Kapitalisme yang ada di negeri ini menjadi sumber permasalahannya, pasalnya sistem ini telah merubah pola fikir masyarakat cenderung matrealistis dan indivudualistis, sistem perekonomian yang ada saat ini lebih cenderung menguntungkan para pemilik modal dan pihak asing untuk mengeruk kekayaan Negara kita, hampir keseluruhan dikuasai asing sedangkan rakyatnya harus berjuang untuk mencari penghidupan diatas negri yang subur hingga akhirnya seluruh kalangan terutama Ibu harus berusaha demi menopang hidup keluarga.
Penuntasan masalah ekonomi dan peran ibu
Situasi ini akan terus berlanjut ketika masyarakat tidak bergegas untuk melakukan perubahan dan mungkin akan lebih berdampak lanjut bagi generasi masa depan. Sistem yang lama telah terbukti tidak mampu memberikan solusi bagi permasalahan yang ada khususnya pada peran ibu untuk generasi masa depan, hingga kemungkinan yang ada adalah kita merujuk kembali pada solusi Islam secara sistemik, dari mulai memulihkan perekonomian yang ada, dengan menarik kembali kekayaan milik Negara ke tangan Negara untuk dikelola oleh Negara dan hasilnya diberikan kepada masyarakat secara adil dan menyeluruh tanpa terkecuali.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah mengembalikan peran Ibu pada fitrahnya sebagai Ibu yang mengurusi rumah tangga dan mendidik anak, menghidupkan peran suami sebagai pencari nafkah, kendatipun demikian ketika perekonomian keluarga mengalami kekurangan maka solusi dengan bekerja pun bisa memungkinkan dengan catatan bahwa seorang ibu tidak melalaikan tugasnya sebagai seorang ibu dengan intensitas waktu yang dia miliki maka sang ibu harus bisa mengatur diri antara pekerjaan dengan keluarga, lalu dari segi pekerjaanya.
Sang ibu pun harus bisa menjaga diri ketika dalam lingkup tempat pekerjaannya untuk menghindari pengaruh yang bisa merusak keharomonisan rumah tangga seperti fitnah perselingkuhan dan lain sebagainya atau pun bisa dengan memulai bisnis yang bisa dikerjakan dirumah dengan bisnis on line ataupun bisnis perumahan lainnya.
Banyak cara yang bisa kita tempuh namun hal terpenting adalah agar orang tua dan Ibu khususnya bisa memberikan perhatian yang lebih bagi anak-anaknya dan bersama-sama menata masa depan anak agar menjadi generasi harapan bangsa. ***
Penulis adalah Alumni SMA Negeri 1 Banjar 2012/2013
tinggal di Lingk. Kedung Panjang Kel. Maleber, Ciamis