Pantai Bojongsalawe Parigi Kabupaten Pangandaran. Foto: Istimewa/Net
Pangandaran, (harapanrakyat.com),-
Nama sebuah tempat tentunya tidak akan lepas dari sebuah mitos atau sejarah yang mengakar di masyarakat setempat. Kisah perjalanan seorang tokoh acap kali menjadi nilai historis. Bahkan, kejadian atau peristiwa bersejarah pun seringkali menjadi sebuah nama untuk dijadikan simbol sebuah tempat.
HR berhasil menemui salah seorang tokoh supranatural di Dusun Bojonsalawe, Desa Karangjaladri, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran, bernama Dahori. Saat berbincang dengan HR, dia menceritakan sejarah awal daerah itu dinamai Bojongsalawe dan sejarah hajat laut atau sesaji tumpengan laut yang kerap digelar pada setiap tahunnya di pesisir pantai Bojongsalawe.
Dahori menceritakan, bahwa kultur masyarakat Dusun Bojongsalawe merupakan nelayan. Hal itu sudah ada dari sejak jaman nenek moyang yang pertama kali membuka tempat yang sekarang menjadi nama Desa Karangjaladri.
“Seorang Putri yang sangat cantik bernama Nyimas Ningrum Kusumah tiba-tiba muncul di Cireundang, tepatnya di blok Rancakeureup. Namun, tak lama kemudian dia menghilang dari tempat itu. Hal itu setelah putri cantik tersebut kalah memperebutkan seorang pria yang didambakannya,” ujarnya, saat membuka cerita soal Bojongsalawe, kepada HR, pekan lalu.
Konon, lanjut Dahori, hilangnya seorang putri cantik itu mempunyai kisah cinta yang menyakitkan, setelah dia jatuh cinta kepada seorang pria tampan bernama Rd. Surya Ningrat. Karena Rd. Surya Ningrat direbut oleh seorang putri dari kerajaan lain yang bernama Nyimas Putri Banas Pati.
Tapi, setelah berhasil merebut hati Rd. Surya Ningrat, Nyimas Putri Banas Pati malah membunuh pria tampan tersebut. Saat itu, seorang pasukan dari kerajaan Nyimas Banas Pati bernama Kilanglaung mencoba membunuh Rd. Surya Ningrat.
Saat itu, Dohori bercerita, pasukan Nyimas Banas Pati menghanyutkan Rd. Surya Ningrat ke Sungai Cibogo yang saat ini menjadi bangunan SMA N 1 Parigi. Karena dulunya di areal bangunan sekola itu terdapat sebuah sungai yang tembus ke muara Bojongsalawe.
Setelah dihanyutkan, ternyata Rd. Surya Ningrat malah terselip diantara bebatuan dan masih bertahan hidup sampai bertahun-tahun atas kekuatan ilmu kanuragan yang dimilikinya.
Dahori mengatakan, saat bertahan hidup dihimpitan batu, Rd. Surya Ningrat malah menjalin asmara dengan seorang siluman bernama Naga Gini. Karena Rd. Surya Ningrat memilliki rambut panjang, membuat siluman itu akhirnya mencintai pria tampan yang berada di himpitan batu tersebut.
Masih kata Dahori, Rd. Surya Ningrat sudah dianggap mati, kemudian Nyimas Banas Pati mengintruksikan kepada rakyat untuk membuat nasi tumpeng sebanyak dua puluh lima buah untuk menggelar syukuran, tepatnya di Dusun Ranggong. Dari simbol nasi tumpeng itulah yang sekarang menjadi nama Bojongsalawe.
“Setelahnya Nyimas Banas Pati menggelar syukuran, dari situ Nyimas Ningrum Kusumah menghilang di tempat yang awalnya dia muncul ke alam dunia. Dia menghilang karena menyimpan dendam kepada Nyimas Banas Pati yang telah membunuh pria yang dicintainya,” ujarnya.
Kemudian, kata Dahori, Nyimas Banas Pati mengambil alih kekuasaan rakyat dan menjadikan sebuah ritual rutin tahunan sebagai peringatan meninggalnya Rd Surya Ningrat dengan menggelar acara tumpengan sesaji laut.
“Tradisi inilah yang sampai sekarang dijadikan ritual tahunan hajat laut dengan mengadakan sesajen nasi tumpeng, saat digelar hajat laut. Jadi, kebiasaan hajat laut ini sudah berlangsung selama berabad-abad dan masih dilestarikan sampai saat ini,” pungkas Dahori. (Syam/Koran-HR)