Anak-anak Sekolah Dasar (SD), seringkali jajan sembarangan. Peran pengawasan orang tua sangat diperlukan. Photo: Dokumen/Net
Oleh : Deni Supendi. Upaya menyadarkan tentang bahaya yang terdapat dalam jajanan tidak sehat harus mulai ditanamkan kepada guru, orang tua dan tentu saja anak-anak. Jika sudah mendapat pengetahuan yang benar, anak usia sekolah bisa menjadi ujung tombak untuk memutus akses pada jajanan tidak sehat.
Hal itu disampaikan Kepala Puskemas Langensari, drg. Robyanto, ketika dimintai tanggapan oleh HR, soal problematika jajanan anak sekolah masa kini. Dia juga membenarkan anak sekolah dan pelaku pendidikan, orang tua dan instansi kesehatan harus terlibat dalam hal tersebut.
Roby mengungkapkan, informasi yang dia dapatkan dari media masa, menyatakan, persentase kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan pada anak-anak usia sekolah dasar (SD) setiap tahun selalu menjadi sorotan.
Menurut dia, tingginya angka keracunan pangan pada anak menjadi salah satu faktor pentingnya dilakukan pembekalan tentang makanan sehat kepada anak-anak. ”Mereka (anak-anak) perlu belajar mengenali pola jajanan yang aman, label makanan, dan kebersihannya,” katanya.
Karena, kata Roby, apabila anak-anak dibiarkan mengkonsumsi jajanan tidak sehat, tidak menutup kemungkinan jajanan tak sehat itu bisa menumbuhkan berbagai penyakit mengerikan, seperti salah satunya gagal ginjal di usia muda.
Diakui Roby, pihaknya belum melakukan survey terkait jajanan anak sekolah. Namun demikian, informasi ini penting sebagai upaya untuk penyelesaian masalah keamanan pangan, serta meningkatkan kemandirian komunitas sekolah.
Jelas, pangan yang dikonsumsi anak harus aman, bebas dari bahaya biologis, bahaya kimia, dan benda asing lainnya. Masalah pangan, terutama terjadi karena adanya pencemaran nikroba, zat kimia berbahaya, dan penyalahgunaan bahan berbahaya, seperti formalin, boraks, rhodamin B dan methanil yellow
“Namun bila terpaksa harus jajan, ajarkan kepada anak agar membeli makanan di tempat yang bersih, dan jauh dari tempat sampah, untuk melindungi pencemaran debu, serangga dan hama,” ujarnya.
Roby juga menekankan tentang pentingnya gizi seimbang untuk tumbuh kembang anak. Makanan yang sehat dipastikan bisa menopang kesehatan, sekaligus mendukung prestasi. Bekal makanan yang disiapkan orangtua di rumah, bisa membantu mengurangi resiko terjadinya keracunan pangan.
“Tapi, bukan berarti jajanan anak sekolah yang terdapat di lingkungan sekolah itu semuanya tidak sehat. Karena hal itu bukanlah ukuran. Yang pasti, kita harus mengetahui, bagaimana pola makanan itu dibuat, mulai dari bahan, cara penyajian bahkan cara makan,” tandasnya.
Satu lagi, imbuh Roby, para orang tua juga harus menyediakan anak-anak mereka tempat minum. Selama ini, banyak ditemukan, anak-anak sekolah dibiarkan minum air menggunakan gelas yang dipakai secara bersama-sama anak lainnya.
“Kalau bisa, hal itu jangan dibiarkan terjadi. Penularan penyakit juga kemungkinan besar bisa menyebar melalui alat minum yang digunakan oleh bersama,” imbuhnya.
Biasakan Cuci Tangan Pakai Sabun
“Cuci tangan pakai sabun dapat melindungi seseorang dari penularan penyakit, terutama penyakit diare dan cacingan serta penyakit menuar lainnya seperti ISPA, Hepatitis dan influenza termasuk virus H5N1 dan H1N1,” kata Roby.
Lebih lanjut, Roby menerangkan, penyakit diare yang menjadi penyebab kematian terbanyak pada anak-anak, dapat dicegah hanya dengan mencuci tangan pakai sabun. Dan mencuci tangan dengan menggunakan sabun merupakan suatu hal yang sangat sederhana.
Sebetulnya, kegiatan cuci tangan pakai sabun, berawal dari kegiatan kampanye global yang dicanangkan oleh PBB, tepatnya pada pertemuan air sedunia (Annual World Water Week) 17-23 Agustus 2008 di Stockholm Swedia.
Melalui kegiatan ini, diharapkan dapat meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, mencegah timbulnya penyakit, sekaligus menurunkan tingkat kematian akibat diare dan penyakit lain yang berhubungan dengan kebersihan.
“Kedua tangan kita adalah salah satu jalur utama masuknya kuman penyakit ke dalam tubuh. Sebab, tangan adalah anggota tubuh yang paling sering berhubungan langsung dengan mulut dan hidung. Penyakit-penyakit yang umumnya timbul karena tangan yang berkuman, antara lain, diare, kolera, ISPA, cacingan, flu, dan Hepatitis A,” katanya.
Meskipun distribusi sabun telah masuk ke hampir seluruh rumah tangga, namun tidak semua masyarakat menggunakan sabun untuk cuci tangan. Padahal, cuci tangan pakai sabun merupakan cara mudah dan tidak perlu biaya mahal.
Karena itu, membiasakan cuci tangan pakai sabun sama dengan mengajarkan anak-anak dan seluruh keluarga hidup sehat sejak dini. Dengan demikian, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tertanam kuat pada diri pribadi anak-anak dan anggota keluarga lainnya. ***