Artikel/Oleh: M.Nurbadruddin
Pemerhati Politik dan Peneliti Lembaga Survei Indonesia (LSI)
Pemilihan bukanlah hanya sebagai ajang adu banyaknya mendapatkan simpati rakyat, dan bukan hanya sekedar meraup suara rakyat atas pilihannya. Akan tetapi pemilihan merupakan ajang adu gagasan ide dalam membangun dan memberikan kontribusi terbaik dalam membina melalui jabatan-jabatan politik yang akan didapatkan.
Sedangkan pemilu merupakan salah satu usaha untuk mempengaruhi rakyat secara persuasife dengan retorika, komunikasi massa, lobby dan sebagainya untuk mendapatkan pilihan tersebut. Pemilu inilah yang akan mencetak kualitas demokrasi pada sistem yang ada dinegara kita ini, cara pemimpin-pemimpin inilah yang menjadi kunci untuk menjadikan daerah yang dipimpinnya apakah akan lebih baik lagi atau hanya sekedar formalitas ataupun stagnan tanpa kemajuan.
Dari hal itu semua yang paling menentukan adalah bagaimana sang pemimpin tersebut melakukan kampanye alias melakuan strategi simpati rakyat. Pemilihan bupati Ciamis sudah diambang pintu dan menunggu hitungan hari, empat kandidat yang berkontestasi berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan simpati masyarakat yang ada disetiap penjuru daerah Ciamis ini. Dibalik itu ada hal yang lebih penting yang harus disadari dalam menilai pemimpin agar pilihan kita tidaklah hanya sekedar suara partisipasi dihari pemilu belaka dan tidak berimplikasi akan kemajuan dan tidak memberikan kontribusi positif kepada kemajuan daerah yang kita rasakan.
Dalam dimensi pemimpin, yang paling utama adalah integritas orang tersebut, ini bisa dilihat dari data Lembaga Survei Indonesia (LSI) dalam menilai seorang calon pemimpin politik, integritas merupakan acuan pertama hingga penilaiannya (90%), berikutnya kapabelitas (73%) dan akseptabilitas (55%) dari hasil survei opinion leader. Data tersebut menunjukkan bagaimana pentingnya suatu integritas dimiliki oleh pemimpin hingga menjadi yang utama dalam sosok seorang pemimpin.
Menilik arti integritas yaitu mutu, sifat atau keadaaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran. Penilaian ini juga melihat suatu moral, satu dalam kata dan perbuatan, bersih dari cacat moral, etik dan hukum. Sifat ini yang akan menggiring kepada perbaikan secara komprehensif daerah kita jika pemimpin nanti yang terpilih memiliki sifat tersebut.
Nah, yang akan menjadi pertanyaan berikutnya adalah bagaimakah menilainya oleh masyarakat sedangkan pemimpin-pemimpin tersebut terkadang berjumpa dan beratatap muka saja jarang dengan masyarakat dan bahkan tidak pernah melihat sama sekali dan bahkan hanya melihat maupun mendengarnya di media massa saja. Inilah yang menjadikan pertanyaan besar kepada rakyat jika pemimpinnya saja tidak dikenal oleh mereka bagaimana mungkin akan dipilih.
Dalam strategi kampanye ada “be on face to face” yaitu, mendatangi masyarakat langsung melakukan tatapmuka, berbincang-bincang atas masalah yang dihadapi masyarakat, sharing atas dinamika kehidupan yang dihadapi masyarakat, inilah yang mungkin terkenal dilakukan oleh Joko Widodo Gubernur DKI Jakarta dengan istilah “blusukan”.
Blusukan merupakan metode kampanye dan kontrol yang efektif jika dibarengi dengan kebijakan-kebijakan yang memihak terhadap fakta yang ada, karena gaya blusukan merupakan sama dengan halnya survei yang mensajikan data atas kondisi yang di hadapi masyarakat. Inilah salah satunya yang perlu di tiru oleh para calon Bupati Ciamis dalam berkampanye dan setelah terpilih nanti.
Ada beberapa cara kampanye yang normal yang biasa dilakukan oleh setiap calon pemimpin untuk mendapatkan posisi politik, baik kepala daerah maupun yang lainnya yaitu: menggunakan riset, fungsinya untuk memahami geografis politik dan sosiologis dalam pendekatan kepada masyarakat, ini akan dapat mengetahui pemetaan politik dan strategi berkampanye yang lebih efektif. Menjadikan ikon, menyajikan dan mengemas kandidat untuk selalu diingat oleh masyarakat. Dan yang terakhir adalah pencitraan, ini biasanya dilakuakan oleh sang kandidat melalui media cetak, elektronik dan lain sebagainya. Dari cara kampanye ini “be on face to face” atau blusukan adalah integrasi antara elemen diatas, baik secara politis, sosiologis, pencitraan dan media.
Maka, media kampanye inilah yang saya rasa efektif dalam mensosialisasikan segala program dan visi misi oleh empat pasangan calon bupati dan wakil Bupati Ciamis yang kelak akan berkontestasi dalam pemilihan minggu ini. Hingga masyarakat lebih mengetahui lebih mendalam para kandidat calon yang akan maju dalam pilbup Ciamis mendatang.
Untuk itulah masyarakat harus lebih cerdas untuk menilai para calon kandidat calon Bupati dan Wakil Bupati Ciamis, plus dan minusnya, dengan melihat integritas yang dimiliki oleh setiap masing-masing kandidat tersebut yang akan kita pilih pada minggu depan, hingga harapan pada pemimpin yang terpilih tidak ada kekecewaan di masa yang akan datang dalam masa priode kepemimpinan mereka. Untuk itu masyarakat juga janganlah terbuai dengan janji-janji yang diberikan pada masa kampanye melainkan melihat, mencari informasi dan perbandingan masing-msing kandidat dari segala sisi, inilah yang disebut karakter retrospektif yang dimiliki oleh pemilih rasional (rational choice). Semakin tingginya pemilih rasional maka semakin baik berjalannya sistem demokrasi ini dan semakin baiknya partisipasi terhadap pembangunan daerah, dan penegakan hukum yang baik juga merupakan penjaga dari sistem dan tatanan demokrasi ini akan berjalan semestinya dan yang diharapkan. ***