Dede Hidayat, pemilik industri rumahan tahu tempe yang berada di Dusun Gagayunan, Desa Sukajadi, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis, terpaksa harus memberhentikan 7 pegawainya menyusul meroket harga kedelai di pasaran. Tampak hanya 2 pegawai yang kini masih bekerja. Foto: Entang Saeful Rachman/HR
Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Seiring meroketnya harga kedelai yang kini dikisaran Rp. 8.500 per kg, di wilayah Kabupaten Ciamis, membut sejumlah industri usaha rumahan tahu tempe kelabakan. Bahkan, diantaranya ada yang memberhentikan para pegawainya.
Seperti yang terjadi di sebuah industri rumahan tahu tempe yang berada di Dusun Gagayunan, Desa Sukajadi, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis. Dede Dayat, sang pemilik, terpaksa harus memberhentikan sejumlah pegawainya. Yang semula berjumlah 10 pegawai, kini menjadi 3 orang pegawai.
“Tujuh pegawai terpaksa kami berhentikan. Karena kondisi keuangan yang saat ini tidak memungkinkan untuk membayar gaji hingga sepuluh pegawai,” kata Dede, kepada HR, Senin (9/9).
Menurut Dede, sebelum terjadi kenaikan harga kedelai, dalam satu hari, dia mampu memproduksi tahu dan tempe dengan menghabiskan kedelai sebanyak 2.5 kwintal. Namun, di saat harga kedelai naik, jumlah produksi menurun drastis hingga 1 kwintal per hari.
Dede juga mengaku dengan adanya intruksi mogok nasional pedagang dan pengrajin tahu tempe, terpaksa mengikutinya, walaupun harus merugi sebesar Rp. 750 ribu per hari. (Ntang/Koran-HR)