Akibat menghilangnya tahu tempe di pasaran, roda dagangan milik Ade, penjual kupat tahu yang biasa mangkal di Jl. Perintis Kemerdekaan, tampak kosong dan dibiarkan terparkir di tepi jalan. Foto: Pepep Riswanto Akbar/HR
Banjar, (harapanrakyat.com),-
Dampak dari harga kedelai yang terus merangkak naik, seluruh pelaku usaha tempe dan tahu di Kota Banjar mogok produksi secara massal. Akibatnya, makanan rakyat ini menghilang dari pasaran.
Aksi tersebut merupakan puncak kesabaran para pengusaha tahu tempe yang tidak kuat lagi menghadapi gejolak harga bahan baku kacang kedelai. Pemerintah dinilai tidak mampu mengatasi lonjakan harga kedelai impor yang kini mencapai Rp.10.000 per kilogram.
Menurut Roni, salah seorang pedagang tahu tempe di Pasar Banjar, mengaku, akibat meroketnya harga kedelai dirinya lebih memilih untuk tidak berjualan. Sebab, jika dipaksakan maka dia sendiri yang akan merugi.
“Selain itu, jika harga tahu dan tempe ikut dinaikan, maka konsumen enggan membelinya. Jadi kalau kami berjualan pun yang ada malah tidak laku dan merugi. Dan semua pedagang tahu tempe di Pasar Banjar sepakat tidak akan berjualan selama dua hari, terhitung dari hari Selasa, sampai hari Rabu besok (10-11/9-Red),” jelasnya, kepada HR, Selasa (10/9).
Roni mengatakan, hal ini sebagai bentuk aksi protes terhadap pemerintah agar bahan baku tahu dan tempe, yaitu kedelai, dapat kembali normal. Aksi serupa juga dilakukan para pengusaha maupun pedagang tahu tempe di daerah lain.
Bukan hanya pengusaha dan pedagang tahu tempe saja yang mengalami imbas dari melambungnya harga kedelai, namun pedagang gorengan maupun kupat tahu juga terpaksa harus menutup dulu dagangannya.
Seperti diungkapkan Ade, salah seorang pedagang kupat tahu yang biasa mangkal di Jl. Perintis Kemerdekaan. Menurut dia, menghilangnya tahu di pasaran membuat usahanya harus dihentikan sementara.
“Walaupun sekarang ini tukang kupat tahu ada yang buka, mungkin mereka masih mempunyai stok tahu dari hari kemarin,” kata Ade.
Di lain tempat, Anah, seorang pedagang warungan di Lingkungan Pataruman, mengatakan, pada saat hilang seperti ini, konsumen banyak yang menanyakan tahu dan tempe karena sudah menjadi makanan keseharian masyarakat.
Sedangkan bagi Nining, ibu rumah tangga yang mengaku setiap hari selalu menyajikan goreng tahu atau tempe sebagai tambahan menu pelengkap, menyebutkan, bahwa aksi mogok itu hanya permainan pedagang saja. Karena dengan begitu, pedagang tahu tempe bisa mudah menaikan harga.
“Ya dengan cara seperti itu mereka mudah saja menaikan harga, tapi menurunkannya susah. Saya bukan tidak tahu masalah mahalnya kacang kedelai, tapi seharusnya pedagang juga memikirkan konsumen. Saya harap pemerintah bertindak tegas menyelesaikan masalah ini, jangan sampai pedagang jadi semaunya menaikan harga,” kata Nining. (PRA/Eva/Koran-HR)