Pada bulan Agustus tahun ini, terjadi dua peristiwa penting bagi bangsa Indonesia. Pertama pada 8 Agustus Hari Idul Fitri 1 Syawal 1434 H bagi umat Islam, kedua Hari Kemerdekaan RI ke-68. Terbersit dalam hati berharap dibersihkan segala kehilapan dan memohon maaf lahir bathin.
Tradisi mudik pulang kampung adalah pemandangan yang selalu terjadi setiap tahun, dan pasca lebaran akan terlihat pemandangan arus balik, kedua peristiwa acap kali menimbulkan kemacetan lalu-lintas dan banyak menelan korban jiwa karena kecelakaan lalu-lintas.
Di saat itu setiap orang bergetar hati dan menyebut nama ALLAH {(Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta pada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan) QS. Ar-Rahman : 29}. Ketika pintu-pintu permintaan telah tertutup, dan tabir-tabir permohonan digeraikan, orang-orang mendesah : “Ya Allah !”
Ketika semua cara tak mampu menyelesaikan, setiap jalan terasa menyempit, harapan terputus, dan semua jalan pintas membuntu, mereka pun menyeru :” Ya Allah ! “. Ketika bumi terasa menyempit dikarenakan himpitan persoalan hidup, dan jiwa serasa tertekan oleh beban berat kehidupan yang harus kita pikul, menyerulah : “Ya Allah !”
Kuingat engkau saat alam begitu gelap, gulita, dan wajah zaman berlumuran debu hitam. Kusebut nama-Mu dengan lantang di saat fajar menjelang, dan fajar pun merekah seraya menebar senyum indah.
Setiap ucapan baik, doa yang tulus, rintihan yang jujur, air mata yang menetes penuh keikhlasan, dan semua keluhan yang menggundahgulanakan hati hanya patas ditunjukan ke hadirat-Nya.
Setiap dini hari menjelang, tengadah kedua telapak tangan, julurkan tangan penuh harapan, dan arahkan terus tatapan matamu ke arah-Nya untuk memohon pertolongan ! Ketika lidah bergerak, tak lain hanya untuk menyebut, mengingat dan berzikir dengan nama-Nya. Dengan begitu, hati akan tenang, jiwa akan damai, syaraf tak lagi menegang, dan iman kembali berkobar. Demikianlah, dengan selalu menyebut nama-Nya, keyakinan akan semakin kokoh, Karena Allah Maha lembut terhadap hamba-hamba-Nya. QS Asy-Syura ; 19
Dia awal-awal kemerdekaan RI menggema seruan Merdeka atau Mati, gelora Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Pada kondisi negeri ini sekarang apa yang akan kita serukan Merdeka…! Atau………?. Kini ibu pertiwi sedang menangisi anak bangsa ini yang kian terpuruk oleh kerakusan kekuasaan dan mengkorupsi negeri ini. Membikin terutama rakyat kecil dan miskin tak bebas bernapas menahan kejengkelan akibat maraknya KKN (Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme).
Mohon Maaf Lahir Bathin dan Dirgahayu Kemerdekaan RI (17 Agustus 1945-2013) ke-68, Sekali Merdeka Tetap Merdeka !