Pangandaran, (harapanrakyat.com),- Cuaca ekstrim yang melanda kawasan pantai selatan Pangandaran yang mengakibatkan gelombang pasang sudah berlangsung sebulan terakhir ini. Sejumlah peristiwa akibat cuaca ekstrim ini terus bermunculan. Sebut saja, gelombang pasang yang menghancurkan dan menenggelamkan sedikitnya 14 perahu yang bersandar di pantai timur dan pantai barat Pangandaran, Jum’at (5/7) sebulan lalu.
Tak lama berselang, terjadi Banjir yang melanda kawasan Kecamatan Pangandaran. Penyebabnya, Sungai Colebok dan Sungai Cikidang yang mengitari wilayah Kecamatan Pangandaran meluap dan merendam tiga desa di wilayah tersebut, Kamis (11/7).
Banjir setinggi satu meter itu mengakibatkan ratusan rumah di tiga desa yakni, Desa Pananjung, Desa Babakan dan Desa Wonoharjo, terendam banjir. Namun, daerah yang paling parah terkena dampak banjir terjadi di Dusun Bojongsari Blok Karangtempel RT 04 RW 03 Desa Babakan.
Lagi-lagi bencana banjir tersebut diakibatkan cuaca esktrim yang melanda kawasan tersebut. Ketika hujan deras dengan intensitas yang cukup lama mengguyur kawasan Pangandaran, ditambah angin kencang dan gelombang tinggi di pantai Pangandaran menerjang, menyebabkan arus sungai tidak bisa mengalir ke laut. Akibatnya, sungai meluap dan merendam sejumlah perumahan warga.
Cuaca ekstrim ini pun terakhir memakan korban jiwa. Sebut saja, Iin Bin Kosasih (58), warga Kampung Jawa Jakarta Barat, yang tewas tergulung ombak di pantai barat Pangandaran saat berenang, tepatnya di daerah Cagar Alam Pasir Putih Pantai Pangandaran, Rabu (7/8), sekitar pukul 7. 30 WIB
Korban berikutnya, yakni Viktor Jumbara Tobing (47), warga jalan Anggur Blok F no. 06 Komplek Depkes Jatibening Bekasi, tewas terseret ombak pada pukul 17.00 WIB, di pantai barat pananjung Pangandaran, tepatnya di kawasan Pos 3, depan pondok seni. Pada bulan Mei (21/6) pun, seorang turis berkewarganegaraan Prancis tenggelam dan tewas ditelan ombak ketika berenang di pantai Pangandaran.
Ketua Tim SAR Balawista Pangandaran, Dodo, mengingatkan kepada wisatawan agar menaanti rambu larangan bereneng dan menaanti batas wilayah berenang. “Karena saat ini tengah terjadi cuaca buruk, sehingga gelombang ombak besar tidak bisa diprediksi datangnya,” ujarnya, Rabu (7/8).
Dari catatan HR, korban yang tewas akibat tenggelam dan terseret ombak mayoritas merupakan wisatawan pendatang yang tidak mengetahui medan pantai Pangandaran. Menurut petugas Balawista, pihaknya selalu mengingatkan wisatawan agar mematuhi peraturan dan mengindahkan larangan untuk tidak berenang di kawasan terlarang.
Namun, akibat wisatawan ‘membandel’ dan tidak mengindahkan larangan, akhirnya berjatuhan korban jiwa. Tidak sedikit pula wisatawan yang nyaris tenggelam, namun masih bisa diselamatkan oleh tim SAR Balawista dan nelayan setempat. “Andai saja wisatawan taat terhadap peraturan berenang di pantai Pangandaran, mungkin jatuhnya korban jiwa bisa kita cegah,“ pungkas Dodo.
Di libur Lebaran saat ini, dipastikan lonjakan wisatawan yang berkunjung ke objek wisata pantai Pangandaran akan terjadi lonjakan siginifikan. Karenanya, wisatawan perlu berhati-hati jika akan berenang dan taati peraturan dan larangan berenang di pantai Pangandaran. (R2/HR-Online)