Lakbok, (harapanrakyat.com),- ‘Munggahan’ adalah sebuah kebiasaan yang unik dalam rangka menyambut Bulan Ramadhan. Meski sesungguhnya tidak ada dalam sejarah islam, namun Munggahan sudah menjadi sebuah kearifan lokal atau tradisi yang menasional.
Kata munggahan sendiri berasal dari kata dasar “Unggah”, yang dalam bahasa sunda berarti naik atau memasuki. Munggahan, lebih banyak dilakukan oleh orang-orang suku sunda di Jawa Barat, daerah Banjar Ciamis, dan Tasik.
Dalam munggahan ini, orang-orang biasa melakukan beragam acara seperti makan bersama, liburan bersama dan lain sebagainya. Sebagian lainnya, menjalin silaturahim, saling memohon maaf, kemudian berziarah, serta membaca suci alquran bersamaan.
Tapi, kebanyak di daerah Sunda, munggahan lebih diidentikan dengan acara “Botram” (Bahasa Sunda) atau dalam bahasa Indonesia makan-makan bersama, berkumpul bersama keluarga atau sahabat.
Siapa menyangka, kegiatan munggahan ini menjadi kebiasaan “kultur” masyarakat Indonesia seluruhnya. Buktinya, menjelang ramadhan, anak-anak sekolah, pegawai swasta dan pemerintah, serta mahasiswa diliburkan.
Di Kabupaten Ciamis, bendungan Manganti, yang berada di perbatasan Ciamis Jawa Barat dan Jawa Tengah ini, seringkali menjadi salah satu tempat tujuan warga untuk menggelar acara munggahan makan bersama.
Pada kesempatan itu, HR berhasil menemui Uje bersama keluarga, yang ternyata memanfaatkan waktu liburan, untuk acara munggahan bersama di Bendungan Manganti. Uje dan keluarganya merayakan mungguhan dengan Botram.
“Lumayan, suasananya enak dan sejuk. Cocok buat kita,” ungkap Uje.
Senada dengan itu, ratih, Pengunjung asal Kecamatan Cisaga, mengaku, dia juga berkumpul bersama keluarga untuk merayakan munggahan. “Iya betul lagi munggahan. Sama keluarga juga. Semua kumpul, mau botram disini,” pungkasnya. (Andri/Koran-HR)