Sejumlah warga Desa Tanjungsari, Kecamatan Sadananya, Kabupaten Ciamis, yang dibantu oleh tim pemburu babi hutan, saat melakukan perburuan terhadap seekor babi hutan atau bagong yang menewaskan 1 orang warga dan melukai seorang bocah, beberapa waktu lalu. Foto: Dok HR
Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Belum tertangkapnya Babi Hutan alias “Bagog” yang sempat mengamuk dan menewaskan 1 orang warga serta membuat seorang bocah terluka di lengan kirinya, yang terjadi di Desa Tanjungsari, Kecamatan Sadananya, Kabupaten Ciamis, Sabtu (6/7) lalu, kini malah mengundang cerita mistis.
Cerita mistis yang menjurus ke pemahaman tahayul itu, terkait keberadaan “Bagong” ngamuk tersebut, kini sudah menjadi wacana dan jadi topik perbincangan hangat di masyarakat setempat. Munculnya cerita misteri itu, setelah sejumlah warga dan pemburu babi hutan yang didatangkan dari luar daerah, kerap gagal dalam perburuan “Bagong” ngamuk tersebut.
Tokoh Pemuda Kecamatan Sadananya, Nursaid, S.Pd, mengatakan, sejumlah warga yang dibantu oleh tim pemburu babi hutan yang didatangkan dari luar daerah, kerap gagal saat melakukan perburuan “Bagong” ngamuk tersebut. Perburuan itu sudah dilakukan selama dua pekan lalu dan saat ini perburuannya dihentikan untuk sementara.
“Perburuan “Bagong” ngamuk itu akan dilanjutkan nanti setelah Lebaran dan juga akan mendatangkan regu penembak dari Perbakin Bandung, “ ujarnya, kepada HR, Jum’at (26/7).
Menurut Nursaid, dari cerita yang berkembang di masyarakat, saat perburuan “Bagong” ngamuk, warga dan tim pemburu sempat beberapa kali memergoki “Bagong” tersebut di tengah hutan. Namun, upaya warga dan tim pemburu kerap gagal saat khendak melumpuhkan “Bagong” yang konon berat badannya sekitar 200 kg tersebut.
“Dari gagalnya upaya warga dan tim pemburu, akhirnya mengundang cerita mistis di tengah masyarakat. Ada yang bilang bahwa “Bagong” itu adalah “Bagong kajajaden” yang menuntut balas kepada manusia. Dan cerita itu diperkuat oleh latarbelakang korban yang tewas (Nonoh), dimana merupakan cucu dari seorang pawang “Bagong”,” ungkapnya.
Selain Nonoh korban yang tewas, lanjut Nursaid, Fahmi seorang bocah yang terluka pun dikait-kaitkan dengan cerita pengalaman Kakeknya, Indun, yang pernah bertarung dengan seekor “Bagong” hingga ”Bagong” tersebut mati ditangan Indun, yang terjadi beberapa tahun silam. “ Nah, dari cerita yang berkembang itu akhirnya menjurus ke cerita tahayul dan mengakibatkan rasa takut di masyarakat, “ terangnya.
Nursaid juga mengatakan, saat ini warga masih waspada terhadap kemungkinan “Bagong” ngamuk tersebut kembali turun ke perkampungan warga. “ Namun, tokoh masyarakat di sini sudah meminta kepada warga untuk tenang sembari waspada, dan juga meminta jangan mengkait-kaitkan persoalan “Bagong” ngamuk ini dengan cerita mistis atau tahayul,” ungkapnya.
Menurut Nursaid, “Bagong” yang mengamuk itu jumlahnya hanya satu ekor, namun hewan yang senang hidup di hutan belantara itu memiliki berat sekitar 200 kg dan sudah berumur tua.
“Memang kalau dikaitkan dengan pengalaman sebelumnya, “Bagong” ini agak aneh juga. Karena sebelumnya, ketika seekor Macan dari Gunung Syawal turun ke perkampungan, hanya butuh beberapa hari warga berhasil menangkapnya. Begitu juga “Bagong” yang diburu sebelumnya dengan mudah ditangkap warga. Tetepi untuk “Bagong” yang satu ini, meski sudah menurunkan tim pemburu, tapi tetap saja sulit untuk dilumpuhkan,” pungkasnya.
Sebelumnya, akibat ‘Bagong’ ngamuk ini, satu orang korban tewas bernama Nonoh (45), warga Dusun Cukanguncal RT 02/ RW 06, Desa Tanjungsari, Kecamatan Sadananya. Korban ditemukan warga tak jauh dari rumahnya, dengan kondisi sudah tewas pukul 19 .00 WIB, Sabtu (6/7).
Sedangkan korban yang mengalami luka –luka, yakni bocah berusia 10 tahun bernama Fahmi, Warga Dusun Sukawening RT 05/RW 02 Desa Tanjungsari, Kecamatan Sadananya. Fahmi diseruduk ‘Bagong’ pada hari Sabtu (6/7), pukul 13.00 WIB, dalam perjalanan ke hutan Cigorowong bersama Kakeknya Idun ( 74 Tahun). (Bgj/R2/HR-Online)