Perubahan kota Banjar menjadi daerah otonom sudah berjalan lebih dari sepuluh tahun, banyak kemajuan baik peningkatan pelayanan kebutuhan masyarakat melalui program kesehatan dengan gratis berobat ke puskesmas, gratis biaya pendidikan sampai ke jenjang tingkat SLTA, gratis beras raskin serta berbagai penghargaan diraih olegh pemerintah kota Banjar. Keramaian kota Banjar juga mulai merangkak bahkan sudah meningkat drastis terbukti banyak lalu lalang kendaraan baik roda dua dan roda empat mulai memadati ruas jalan di wilayah kota Banjar.
Sarana rekreasi dan hiburan mulai bermunculan, dengan diubahnya lapang bakti menjadi arena terbuka baik hiburan dan permainan serta sarana olahraga menambah keramaian kota Banjar apalagi dilengkapi berbagai sarana permainan anak-anak seperti beca cinta, berbagai permainan anak-anak sampai odong-odong pun hadir di sarana terbuka lapang bakti.
Berbagai sarana permainan yang ada, terdapat sarana bermain dengan nama sebutan odong odong. Odong odong ada yang mengunakan pengayuh sepeda atau beca, bahkan ada yang mengunakan kendaraan bermotor seperti bagian belakang motor mengait kuat bak besi di tarik oleh sepeda motor atau mobil dengan menyerupai gerbong yang ditarik lokomotif kereta api.
Ternyata pada sebutan “Odong-odong”, ada jejak kata “andong”. Andong, kereta kuda masa lampau yang kini “eksotis”, agaknya tinggal sebagai bagian dari kenangan warga tentang situasi kota besar saat masih banyak dilalui kereta kuda itu, bebas dari riuh kendaraan bermotor dan padatnya bangunan. Kota juga semakin hari makin kehilangan ruang bermain, sampai setidaknya hadirlah odong-odong.
Konsep awal Odong-odong bisa jadi tak beda dengan mainan kuda-kudaan yang kita kenal sejak dulu. Di atas kuda-kudaan, kita memijak pada kayu melengkung, yang jika ditunggangi akan bergoyang layaknya kursi goyang. Odong-odong di keseharian kita kini adalah mainan yang mengibaratkan anak menunggangi kuda. Hanya saja, jika dulu cukup dengan hentakan kaki kita sendiri di lantai, yang ini mengandalkan tenaga kayuh dari si tukang Odong-odong.
Ada sebanyak dua hingga empat kuda-kudaan dalam setiap unit Odong-odong. Ada model Odong-odong yang dioperasikan dalam keadaan berhenti lalu sang pengayuh menggerakkan kuda-kudaan yang telah ditunggangi anak-anak. Namun ada model Odong-odong yang bisa juga dioperasikan sembari melaju berkeliling. Tapi kebanyakan Odong-odong dioperasikan dalam keadaan berhenti. Selain Odong-odong model kuda-kudaan, ada pula model lain seperti bebek, kucing, atau binatang lain, juga bentuk lain, seperti motor-motoran. Ragam model Odong-odong bisa jadi lahir dari kesadaran akan semakin banyaknya saingan. Bahan mainan model kuda-kudaan pun sudah beragam.
Bertenaga kayuh ala sepeda, Odong-odong memiliki keterbatasan menyangkut kondisi geografis..Kondisi geografi juga yang tampaknya melahirkan Odong-odong bertenaga motor di Aceh dan Medan, bagian belakang mobil diisi bangku-bangku berjajar, layaknya kereta di taman-taman ria, diberi atap berumbai-rumbai untuk meredakan terik. Tak ketinggalan, dipasang pemutar lagu agar hati penumpang semakin terhibur. Badan mobil dipoles bermotif dengan warna-warna menarik mata, seperti hijau, kuning, merah, dan lainnya.Odong-odong tak cuma membawa anak jungkat-jungkit naik-turun di tempat.
Odong-odong kini bertambah luas daya jelajah dan daya tampungnya. Selain membawa anak-anak, ia juga memuat remaja dan para orang tua.Odong-odong yang dtarik oleh sepeda motor, bagian belakang motor mengait kuat bak besi, hampir seukuran bak dari mobil-mobil bak terbuka yang diberi dua roda. Di dalam bak dijejer tiga bangku beralas busa memanjang dari kiri ke kanan. Seluruh bagian Odong-odong ini dinaungi selembar fiber sebagai atap.
Kebutuhan warga yang tidak dipenuhi oleh kondisi ruang kota telah mengembangkan Odong-odong dari tenaga sepeda kayuh ke mesin bermotor. Tapi bukan berarti Odong-odong sepeda jadi ketinggalan zaman, sebab ada soal apakah kondisi ruang kota lebih mengizinkan keberadaan Odong-odong motor daripada Odong-odong sepeda ?
Hal yang terang terjelaskan adalah bahwa apa yang disebut Odong-odong di keseharian masyarakat kini punya beragam fungsi. Dari memberi ruang bermain yang terjangkau dan memadai di sekitar permukiman warga, memberi fasilitas pada orang tua saat mengasuh anak-anak balita, sampai menawarkan alternatif ruang bermain sekaligus hiburan bagi orang tua dan anak-anak yang beranjak remaja.
Odong-odong ada dan bisa berkembang sebab ia mampu menjawab kebutuhan warga. Dengan tarif terjangkau dan perkembangan ragam modelnya, Odong-odong berjasa mengisi keseharian anak yang relatif jauh dari ruang bermain yang memadai, serta segala usia yang membutuhkan sarana rekreasi dan hiburan. Tak ayal, Odong-odong pun tumbuh jadi bagian keseharian masyarakat, juga dinamika kota. Walau demikian, bukan berarti Odong-odong sendiri telah lepas dari masalah.
Terhadap Odong-odong dengan mesin kendaraan bermotor, ada pula persoalan dengankeselamatan penumpang. Laju Odong-odong Motor jadi lebih cepat daripada Odong-odong Sepeda, dan seperti kendaraan bermotor lainnya, ia jadi lebih berbahaya bagi pejalan kaki.
Banyak berkeliarannya odong-odong yang ditarik kendaraan bermotor seperti mobil yang mengangkut gerbong layaknya kereta api menyusuri jalanan perkotaan dengan dipenuhi penumpang baik anak-anak, dewasa maupun orang tua dengan diiringi musik dangdut membuat penumpang riang gembira, namun dibalik itu apakah menyadari bagaimana bahaya yang dihadapi ?
Sudah loloskah dari uji kendaraannya ? bolehkah kendaraan itu masuk kota ? berapakah kecepatannya ? berapakah maksimal penumpangnya ? sesuaikah tarip angkutannya ? masuk golongan mana Surat izin mengemudi nya ?
Ragam pertanyaan itu muncul manakala kendaraan dengan mesin mobil mengangkut gerbong lebih dari satu melaju melalui jalur kota dengan trayek dan ongkos yang sangat mengiurkan pengusaha odong-odong, dengan kecepatan layaknya kendaraan umum mengejar setoran. Dengan penumpang yang padat seperti pemudik lebaran karena tidak adanya batasan penumpang karena berprinsip semakin banyak penumpang semakin besar keuntungannya.
Biasanya kendaraan tersebut digunakan sebagai kendaraan angkutan di lokasi wisata bukan untuk lokasi jalur umum apalagi sampai melaju keluar kota akan banyak resiko yang dialami manakala tim penguji kendaraan tidak pernah mengecek kelayakan angkutan tersebut baik dari mesin penarik, gandengan keretanya serta berbagai pengecekan kebutuhan keselamatan dalam kendaraan apakah sudah layakkah ? jalur padat lalulintas tentunya akan tergangu manakala kendaraan dengan kereta gandengan lebih dari satu itu melaju apalagi bila sudah melaju dalam belokan atau persimpangan jalan mengingat jumlah yang gerbong yang ditarik lebih dari satu maka ruas jalan orang diambil .
Termasuk jenis kendaraan apakah odong-odong yang di tarik mesin mobil dengan mengangkut gerbong lebih dari satu yang sering melintas diwilayah kota Banjar kendaraan umumkah atau kendaraan wisatakah ? apakah ada jaminan keselamatannya ? bagaimana dengan retribusi daerahnya ? dan tentunya bagaimana dengan izin trayeknya ? karena kendaraan ini sering melintasi jalur kendaraan umum dengan mematok harga tiket angkutannya.
Manakala kendaraan tersebut tidak memenuhi kriteria apakah bisa di buatkan jalur khusus untuk kendaraan tersebut agar tidak masuk jalur umum yang ramai mengingat keselamatan kendaraan umum dan penumpang odong odong tersebut tidak berasuransi.
Lebih aman naik odong-odong kayuh seperti beca cinta yang beroperasi di lokasi tertentu tidak masuk ke jalan umum. Melalui ragam model yang dimiliki, Odong-odong telah menunjukkan kemampuan untuk bersaing demi bertahan hidup. Kemampuan ini, yang berpadu dengan kesadaran kondisi ruang-ruang kota, agaknya bisa menjadi bekal pelajaran untuk mengatasi masalah-masalahnya sendiri. Sehingga daripada kian menuai masalah, warga tetap menanti kedatangannya. ***
Penulis: Dede Suryana Marwi