Objek wisata Situ Lengkong Panjalu, di Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat (Jabar), seringkali dipadati wisatawan dari berbagai daerah sepanjang musim liburan. Kebanyakan wisatawan datang ke tempat tersebut untuk berwisata ziarah.
Selain menyajikan keindahan panorama alam berupa hamparan luas Situ Lengkong, hutan Nusa Gede yang alami, serta udara yang sejuk, pengunjung juga bisa berwisata ziarah dengan mengunjungi makam Prabu Dipati Arya Kencana atau Borosngora. Ini adalah makam leluhur Kerajaan Galuh Panjalu yang pertama kali menyebarkan Islam di wilayah Panjalu dan Tatar Galuh Ciamis.
“Untuk menuju makam Prabu Dipati Arya Kencana, pengunjung yang datang terlebih dahulu harus menaiki perahu dayung mengelilingi Situ Lengkong Panjalu karena letak makam Boros Ngora di tengah-tengah pulau, tepatnya di tengah hutan rimba Nusa Gede,” kata Nonong Sumarna (62), warga sekitar Situ Lengkong Panjalu, beberapa waktu yang lalu.
Menurut Sumarna, kebanyakan wisatawan datang ke Situ Lengkong selain berlibur adalah berziarah. Jumlah kunjungan wisatawan paling banyak berasal dari Jawa Timur, seperti Madura dan beberapa daerah lainnya.
“Selain ada yang sekadar mengunjungi Nusa Gede, ada juga wisatawan yang sengaja bermalam di kawasan Makam Prabu Dipati Arya Kencana. Selama berada di dalam kawasan, mereka mendoakan Prabu dan menjalankan rutinitas, seperti itikaf dan sholat karena di dalam dilengkapi tempat wudhu,” timpal Ajis, Juru Kunci.
Ajis menjelaskan, wisatawan juga bisa menyempatkan berkunjung ke Bumi Alit Panjalu, yaitu sejenis museum tempat menyimpan benda bersejarah peninggalan Borosngora. “Letak Bumi Alit dari Situ Lengkong Panjalu hanya berjarak sekitar 500 meter saja,” tandas Sumarna.
Mamat (52), nahkoda perahu dayung, menuturkan, kawasan objek wisata Situ Lengkong Panjalu selalu dipadati pengunjung pada akhir pekan, atau memasuki masa libur, termasuk liburan sekolah, jumlah wisatawan meningkat drastis.
“Kalau hari biasa, paling kami hanya menarik perahu dayung satu kali. Terkadang satu hari bisa sampai tidak menarik perahu sama sekali,” kata Mamat.
Sedangkan pada hari libur, lanjut Mamat, paling sedikit dia bisa menarik sampai enam kali bahkan lebih. Perahu dayung di Panjalu ada sekira 25 unit, artinya kalau rata-rata menarik enam kali pengunjung satu hari, para nahkoda bisa mengangkut 150 kali per hari.
“Rata-rata penumpang setiap perahu berbeda-beda. Bisa mencapai 50 pengunjung, bisa lebih juga bisa kurang, karena sistem sewa perahu bisa sistem borong atau sistem perorangan,” terangnya.
Mamat menambahkan, luas kawasan Situ Lengkong Panjalu Ciamis mencapai luas 60 hektare. Menurutnya, banyak hal bisa dilakukan pengunjung selama berada di tempat ini. Selain berperahu dayung, pengunjung bisa menaiki angsa genjot, memancing, dan menikmati berbagai aneka permainan air.
“Tapi, disayangkan fasilitas yang ada di Situ Lengkong Panjalu masih terbatas sehingga wisatawan hanya bisa menaiki perahu berkeliling situ dan mengunjungi makam Borosngora. Sisanya, paling wisatawan menyempatkan membeli oleh-oleh, setelah itu tidak ada lagi aktivitas lain,” imbuhnya.
Momon, seorang wisatawan ziarah asal Jawa Timur, mengatakan, kedatangannya datang ke Panjalu, tidak semata-mata untuk darma wisata, namun ingin mengetahui secara langsung makam Prabu Dipati Hariang Kencana yang berada di Nusa Gede.
“Saya ingin melaksanakan tawasulan disini,” ujarnya.
Kasubag UPTD Pariwisata Situ Lengkong Panjalu, Andre, Senin (15/4), mengatakan, puncak kunjungan wisatawan terjadi pada saat musim liburan. Dia juga menyebutkan, Panjalu merupakan kawasan wisata minat khusus, karena bagi wisatawan, panjalu adalah sebagai tujuan wisata jiarah dan sejarah. ***