Pepaya asal Langensari semakin diminati banyak kalangan masyarakat. Faktanya, hampir di setiap desa dan kelurahan di Kota Banjar, bahkan mulai merambah ke Kab. Ciamis dan Jawa Tengah, tanaman pepaya asal Langensari bisa dengan mudah ditemui.
Budidaya pepaya secara serius mulai ditekuni petani Langensari sejak triwulan pertama tahun 2011. Saat itu, HR mencoba membantu ekspos (pemasaran lewat media) kegiatan awal petani pepaya.
Ketika dimintai keterangan, terkait sejarah awal mula budidaya pepaya di Langensari, Maman, warga Waringinsari Kec. Langensari, beberapa waktu lalu, mengatakan, awalnya tertarik membudidayakan pepaya setelah melihat banyak buah pepaya dijual di mal-mal kota besar.
“Saat itu, sedang di Jakarta. Ketika masuk ke Supermal, banyak buah pepaya, dan diminati konsumen. Setelah itu, memiliki ide untuk mengembangkannya di rumah,” ungkapnya.
Awal tahun 2011, kata Maman, ide untuk membudidayakan pepaya dia diskusikan dengan temannya Tete (panggilan akrab Asep Sutari). Namun tiga bulan berselang, Tete tidak meresponnya. “Kemudian mencoba mencari sumber benih pepaya. Dan saya mendapatkannya di Bogor,” katanya.
Sepulang membeli benih, Maman mempersiapkan lahan milik, di Komplek Pemakaman Umum (makam pahlawan), Kec. Langensari, Kota Banjar, dengan area lahan seluas + 500 bata.
Lahan seluas 500 bata, Maman menanam pepaya sekitar 1000 pohon. Waktu terus berjalan, prospek budidaya pepaya menunjukkan kearah lebih baik. Alhasil, Maman bersama Tete, kemudian Budi (PPL Langensari), Ikin (pedagang buah), dan Endang menyepakati mengembangkan budidaya pepaya.
“Yang pasti, peran Media HR melalui pemberitaannya, turut membantu mempercepat perkembangan budidaya pepaya di Langensari,” katanya.
Lebih lanjut Maman, mengatakan, budidaya pepaya diproyeksikan untuk meningkatkan penghasilan petani Langensari. Dia melihat nasib petani di daerahnya selalu begitu-begitu saja, tanpa peningkatan penghasilan.
Dia mengaku keseharian petani Langensari mengandalkan pemanfaatan lahan kering untuk tanaman palawija, seperti kacang-kacangan, kedelai dan lainnya. Sementara tanaman pepaya, tidak mengenal musim.
Maman optimis, budidaya buah pepaya semakin prospektif. Banyak permintaan pasar di kota-kota besar di pulau Jawa dan Sumatra, belum bisa dipenuhi oleh petani.
Dulu perhatian pemerintah terhadap budidaya pepaya dianggap hanya sebatas mimpi belaka. Sekarang, ketika sudah berkembang pesat, semua pihak merasa berperan.
“Di sisi lain, saya khawatir manajemen yang kurang terorganisir, dengan kata lain persaingan tidak sehat di tingkat petani dan bandar, akan membawa dampak negatif terhadap budidaya pepaya asal Langensari. Meski saya yakin, soal rejeki memang sudah ada yang mengaturnya,” pungkasnya.