Ibu pertiwi memberikan hasil buah pepaya melimpah kepada petani di Kecamatan Langensari Kota Banjar, Jawa Barat, yang dengan rutin menghidupi petani lokal di tempat itu.
Memberi tambahan kocek penghasilan yang lumayan besar. Paling sedikit petani pepaya Calipornia begitu petani setempat memberi nama, bisa menghasilkan Rp.3 juta/perminggu pada lahan seperempat hektar. Kecamatan Langensari menjadi penghasil utama pepaya yang manis ini dari tahun ke tahun hasilnya semakin bagus baik rasa maupun harga. Orang kota ikut menikmatinya.
Pupuk kompos atau biasa disebut organik basah, ternyata mampu mempercepat pertumbuhan buah pada jenis tanaman pepaya California. Uniknya, setelah memakai pupuk tersebut tinggi pohon pepaya hanya sekitar 45 centimeter, namun sudah dapat berbuah banyak.
Pupuk organik basah hasil produksi Ucu, petugas pengelola sampah di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Kelurahan Muktisari, Kecamatan Langensari, Kota Banjar, kini telah diujicoba di kebun pepaya califonia milik Maman, yang lokasinya tidak jauh dari TPS.
Saat ditemui HR, Minggu (18/11), Ucu, mengatakan, proses pembuatan pupuk organik basah berbahan baku dari jenis sampah dedaunan dan buah-buahan, serta sampah rumah tangga itu tidak memerlukan biaya besar. Pasalnya, semua jenis sampah tersebut hanya cukup dilakukan pencacahan/penggilingan satu kali saja.
“Begitu selesai digiling, kemudian kompos didiamkan terlebih dahulu selama kurang lebih satu minggu di sekitar lahan yang akan ditanamai. Itu untuk melepaskan metana atau zat-zat panas yang terkandung dalam kompos,” tuturnya.
Lanjut dia, kalau sudah satu minggu, selanjutnya organik basah dicampur dengan tanah lalu dimasukkan ke setiap lobang, baru kemudian bibit pohonnya ditanam pada lobang tersebut.
Menurut Ucu, pupuk organik basah memiliki kandungan air sekitar 60%. Untuk satu pohon membutuhkan kompos basah sebanyak kurang lebih 32 kilogram. Sedangkan, keunggulan yang didapat secara nyata jika dipersentasikan yakni 60% tanaman akan lebih dulu berbuah, dan kondisi pohon tumbuh lebih pendek.
Namun, meski kondisi pohonnya lebih pendek, tetapi pertumbuhannya tetap normal. Selain itu, apabila tanaman pepaya kalifornia ini diberi pupuk organik, tentu rasa buahnya juga akan lebih manis.
Pupuk organik basah, kata Ucu, bagus juga buat penggemukan tanaman padi di sawah, cuma penerapannya saja yang berbeda. Dengan demikian, jika pupuk tersebut diaplikasikan pada tanaman padi atau jenis tanaman lainnya, maka hasilnya pun akan lebih baik daripada menggunakan pupuk kimia.
Jika ada lahan, dirinya mengaku siap untuk mengaplikasikan pada jenis tanaman lain, padi misalnya. Kalau yang dilakukannya sekarang ini adalah tahap awal atau percobaan penggunaan pupuk organik basah, tapi hasilnya ternyata bagus, dan nanti pada tahap berikutnya bisa lebih bagus lagi.
Dikatakan Ucu, pemakaian pupuk organik harus dibudayakan, tapi tetap perlu didorong oleh pemerintah. Pihaknya berharap adanya kerjasama antar dinas. Dinas Pertanian sebagai pengembangan pertaniannya, dan Dinas Kebersihan penyedia pupuk organiknya.
“Alhamdulillah, kita juga bisa berjalan atas dukungan dari Kepala DKPLH Kota Banjar berikut Kabid. Kebersihan. Bahkan, Kepala DKPLH sendiri ingin TPS Muktisari ini bisa menjadi TPA-nya Langensari, sehingga mampu memproduksi kompos lebih banyak lagi,” kata Ucu.
Sementara itu Maman, pemilik kebun pepaya kalifornia, mengaku, sebelumnya dia menggunakan pupuk kimia untuk penggemukan tanamannya tersebut, hal itu sesuai anjuran dari petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL).
“Dulu saya pakai pupuk kimia. Tapi sekarang pindah ke kompos basah, semua ini juga atas saran dan petunjuk dari Pak Ucu mengenai bagaimana cara pemakaian pupuk kompos, khususnya yang basah. Dari awal tanam ke awal panen itu biasanya sekitar 7-9 bulan. Tapi sekarang dalam jangka waktu 4 bulan saja sudah tumbuh buah,” kata Maman.
Tanaman pepaya kalifornia yang dikelola Maman secara rutin setiap bulannya dikasih pupuk organik basah. Sebelum dicampurkan dengan tanah, pupuk tersebut didiamkan dulu di pinggir pohon agar leachate (cairan yang timbul sebagai limbah akibat masuknya air eksternal ke dalam urugan atau timbunan sampah, melarutkan dan membilas materi terlarut, termasuk juga materi organik hasil proses dekomposisi biologis-Red) tersimpan tidak jauh dari pohon.
Maman juga menambahkan, bukan hanya kompos basah saja yang dia gunakan untuk kebutuhan pertumbuhan tanamannya, melainkan ada pula yang menggunakan kompos kering.
“Di sini kan ada juga satu blok tanaman pepaya kalifornia yang menggunakan organik kering. Penggunaan pupuk kompos kering dibarengi dengan pupuk cair, ini untuk mempercepat proses penyerapannya. Di sini kami juga menyediakan tempat untuk pembuatan pupuk cair. Ini pun atas petunjuk Pak Ucu, dan Alhamdulillah semuanya bisa tumbuh dengan baik berkat pupuk organik,” pungkas Maman. (Eva)