Peluang produksi di Ciamis tergolong tinggi?
HR, (News),- Sudah saatnya swasembada kedelai wajib dilakukan di negeri ini. Bagaimana tidak, hampir seluruh rakyat Indonesia menggemari tempe dan tahu. Makanan ini merupakan pilihan menu yang tinggi protein serta ringang di kantong.
Akan tetapi, bahan baku kedelai masih terkungkung import. Padahal, Indonesia adalah negara yang katanya agraris, tapi untuk komoditas yang satu ini nol persen.
Setelah swasembada beras harusnya pemerintah juga memperioritaskan swasembada kedelai. Selain itu, perlu pula adanya upaya dari kebijakan pemerintah daerah guna mencapai swasembada kedelai.
Di Banjar sendiri, upaya untuk mengantisipasi terjadinya kenaikkan harga kedelai, sebelumnya pihak pemerintah kota selalu menghimbau kepada para petani supaya menanami kedelai pada lahan palawijanya maupun setelah masa panen padi di lahan pesawahan.
Hal itu dikatakan Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kota Banjar, Agus Kostaman, saat ditemui HR di ruang kerjanya, Senin (30/7). Menurut dia, upaya lain yang dilakukan pemerintah daerah yakni melalui pengajuan bantuan benih kedelai kepada pemerintah pusat.
âRencana untuk penanaman kedelai memang ada. Seperti sekarang ini ada relokasi bantuan benih kedelai dari pusat. Tadinya bantuan tersebut diberikan ke Provinsi Kalimantan, tapi ditolak. Kemudian ditawarkan ke Provinsi Jabar dan kebetulan Banjar membutuhkan bantuan itu,â ujarnya.
Namun, Agus belum dapat memastikan mengenai kapan bantuan tersebut diserahkan kepada Kota Banjar, karena perpindahan/relokasi program bantuan dari satu provinsi ke provinsi lain prosesnya cukup lama.
Meski demikian, pihaknya terus melakukan koordinasi dengan pemerintah provinsi untuk mengetahui informasi mengenai kepastian waktu penyaluran bantuan dari pemerintah pusat.
âBantuan benih kedelai yang akan diberikan pemerintah pusat diperuntukkan bagi 540 hektare. Hingga saat ini kami masih menunggu kepastiannya. Mudah-mudahan bisa secepatnya diterima, sebab petani akan menanamnya pada masa penyelang, yaitu setelah panen padi,â ucapnya.
Agus juga mengatakan, kendala yang dihadapi dalam pengembangan produksi kedelai antara lain terbatasnya lahan. Karena di Kota Banjar tidak ada lahan khusus untuk ditanami tanaman tersebut.
Selain itu, para petani palawija sendiri tidak memfokuskan menanam kedelai pada lahan palawijanya, tapi diisi juga oleh jenis tanaman lain, seperti kacang tanah, kacang hijau, singkong, dan sebagainya.
âKebanyakan lahan yang digunakan untuk tanaman kedelai yaitu lahan pesawahan. Biasanya kedelai ditanam setelah panen padi sebagai tanaman penyelang, atau pada musim katiga. Dan kondisi seperti itu bukan hanya terjadi di Kota Banjar saja, namun di kabupaten kota lain pun sama,â katanya.
Agus menambahkan, sebetulnya lahan pertanian di Banjar sendiri cocok untuk ditanami palawija. Namun demikian, lahan pesawahan di Indonesia hanya difokuskan untuk ditanami padi.
Peluang Produksi Kedelai Ciamis Tergolong Tinggi?
Produksi tanaman palawija yang perkembangannya sangat menggembirakan di Kabupaten Ciamis adalah kedelai. Selama beberapa periode, produksi kedelai meningkat rata-rata 165,63 persen pertahun. Alhasil, pada tahun 2009 produksi kedelai bisa mencapai sekitar 6,87 ribu ton.
Dihitung rata-rata luas panen tanaman kedelai dalam kurun tahun 2007 hingga tahun 2009 adalah sekitar 2,17 ribu hektar. Itu artinya produksi kedelai mengalami peningkatan rata-rata pertahun sekitar 175 persen.
Menurut informasi atau data yang berhasil dihimpun HR dari Dinas Tanaman Pangan (Distan) Kab. Ciamis, menyebutkan, produksi kedelai tertinggi hingga bulan Juni tahun 2012 berada di Kecamatan Parigi dan Mangunjaya.
Sementara, tanaman kedelai sendiri tersebar di 10 kecamatan, meliputi Cimerak, Cijulang, Parigi, Banjarsari, Cimaragas, Cijeungjing, Cikoneng, Sindangkasih, Purwadadi dan Mangunjaya.
Masih menurut data tersebut, Kecamatan Parigi dan Mangunjaya, masing-masing mampu memproduksi kedelai sebanyak 30 ton pertahun. Sedangkan jumlah total keseluruhan produksi kedelai di Kab. Ciamis bisa mencapai sebanyak 85 Ton.
Sayangnya, hingga saat ini, Distan Kab. Ciamis belum bisa mengoptimalkan produksi kedelai di wilayah Ciamis. Alasannya, karena Distan Ciamis masih harus fokus pada Program Persediaan Beras Nasional (P2BN). (Eva/DK)