Ramadhan adalah bulan suci umat Islam yang penuh rahmat dan pengampunan. Di dalamnya tersimpuh ajaran adiluhung untuk melatih diri (riyadhah- al-nafs) dan penyucian jiwa (tazkiyah al-nafs). Artinya, puasa bukanlah sekadar âritual kosongâ, melainkan bermakna secara spiritual, psikologis, humanis dan sosial.
Beragam wacana kita dengar menjelang datangnya bulan suci ramadhan tahun ini. Namun, upaya mendekat kepada Sang Khalik harus jadi tujuan utama.
Menjelang Ramadhan, kita mendengar kenaikan harga kebutuhan pokok, kesibukan mencari tiket mudik, hingga meningkatnya semangat melaksanakan aktivitas religius. Dalam suasana penuh antusiasme dan kekerabatan ini, kita tidak boleh kehilangan momentum untuk meraih hakikat sejati dalam menjalankan ibadah saum Ramadhan itu sendiri, meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.
Kini, saat Ramadhan tiba kembali, sepatutnyalah kita sambut dengan sukacita karena Allah masih memberikan kesempatan kepada kita untuk membersihkan diri dan mendekatkan diri dengan-Nya.
Sebenarnya, kita sudah rutin melaksanakan ritual ibadah puasa, dengan harapan kita semakin terangkat ke arah kemanusiaan yang lebih tinggi. Kita yakin, banyak diantara kita yang berhasil mendapatkan berkah ramadhan, hingga kualitas Iman dan kualitas kemanusiaan pun lebih tinggi. Itu memancar dalam sikap hidup dan perilaku sehari-hari.
Sebaliknya, tentu menjadi kekecewaan umat manakala ada sosok yang diketahui rajin beribadah, termasuk puasa, tersangkut kasus korupsi atau perilaku tidak terpuji. Meski demikian, Allah yang maha pemurah dan maha pengampun selalu memberikan kesempatan untuk bertobat sepanjang hayat masih bersama kita.
Bertobat dan terus berusaha mencapai akhlak mulia perlu menjadi panduan hidup. Hanya dengan memberesi kehidupan pribadilah kita leluasa mengamalkan hidup secara tulus ikhlas. Tuntutan berbuat bagi sesama masih sangat besar. Benar ada gejala kemajuan dalam sejumlah sektor perekonomian, tetapi masih banyak saudara sebangsa yang tertinggal, hidup dalam kesempatan dan ketidaklayakan. Inilah yang sebaiknya menjadi inspirasi bagi kita dalam berpuasa, supaya kita semakin peka terhadap nasib sesama yang kurang beruntung***.