Oleh : Nanang Supendi
Di bulan Mei ini kita ketahui bersama terdapat dua hari besar nasional bagi bangsa Indonesia yaitu Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tanggal 2 Mei 2012 yang telah kita peringati dua minggu yang lalu dan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) tanggal 20 Mei 2012 yang akan kita peringati empat hari lagi. Dua hari besar nasional tersebut keduanya mempunyai keterkaitan secara urgensi serta kalau dikaitkan dengan Tema Hari Pendidikan Nasional tahun 2012 yaitu âBangkitnya Generasi Emas Indonesiaâ perlu kita apresiasi dan didukung sepenuh hati oleh segenap pemangku kepentingan.
Generasi Emas, generasi seperti apakah itu?, mungkin adalah generasi yang hidup pada kurun waktu tertentu dengan memiliki tingkat kecerdasan istimewa. Generasi Emas yang diharapkan nanti seperti yang disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia akan tercipta pada tahun 2045 tepatnya pada 100 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, sehingga perlu adanya suatu program prioritas peningkatan pendidikan dari sekarang mulai dari tingkat PAUD sampai dengan Perguruan Tinggi.
Dapat diartikan generasi emas nantinya tak lain adalah siswa, mahasiswa atau juga pemuda. Mengapa mengatakan siswa dan mahasiswa dikatakan sebagai generasi emas?, karena merekalah yang dikatakan atau dianggap sebagai kaum terpelajar yang notabene mengenyam pendidikan.
Mampukah kaum terpelajar tersebut nantinya menjadi kebanggaan negara Indonesia menjadi generasi emas?, tentunya ada rasa pesimis dengan melihat kaum terpelar hingga saat ini tidak bisa memelihara diri sendiri atau menjaga imej selaku pelajar atau mahasiswa yang sebagian ada yang terlibat tawuran antar pelajar, selalu melakukan demo anarkis, terlibat geng motor, yang kesemuanya itu tidak membawa kebaikan karena selalu meresahkan masyarakat.
Dengan melihat kenyataan tersebut timbul anggapan negatif dari masyarakat dikatakan sebagai preman jalanan. Tentunya pelajar/mahasiswa tersebut tidak mau dikatakan sebagai preman jalanan karena mereka berasumsi karena apa yang dilakukannya seperti tawuran sebatas hanya untuk mempertahankan harga diri komunitas sekolahnya atau juga pembelaan terhadap rekan sekolahnya, melakukan demo dengan embel-embel untuk memperjuangkan nasib rakyat, sedangkan masuk geng motor sebagai hobi untuk mengisi waktu luang dengan memamerkan kemampuannya dalam mengendarai motor.
Tapi tetap saja apa yang dilakukannya lebih banyak merugikan masyarakat, sehingga timbul pertanyaan kembali apakah pemerintah dengan menggelontorkan subsidi pendidikan bermilyar-milyar hanya untuk mencetak mental para pemuda seperti itu?.
Belum lagi keluhan dari para orang tua, generasi muda sekarang sebagai generasi yang apatis, terlalu terlena dengan teknologi yang selama ini memanjakan dan sangat memudahkan hidup kita. Dengan perkembangan informasi dan komunikasi lebih asik mengurus akun network seperti Facebookan, main game online atau mengotak-atik situs porno. Generasi kita dianggap mengalami penurunan moral ataupun nilai kesantunan.
Disini kita harus merenung atas kesadaran dan harus mampu bangkit memperbaiki diri masing-masing. Masih pantaskah kita bermimpi nantinya akan tercipta generasi emas? dengan gambaran stigma pemuda saat ini.
Hal ini menjadi sebuah tantangan bagi kaum muda, para pendidik, bersama-sama dengan pemerintah. Pemuda dalam hal ini siswa dan mahasiswa harus belajar dengan sungguh-sungguh, jujur dan penuh semangat, guru mendidik dengan ikhlas dan pikiran terbuka, pemerintah memberikan apresiasi dan penghargaan kepada semua pihak yang peduli dalam dunia pendidikan, selain itu juga pemerintah harus terus berupaya melaksanakan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) sehingga bisa diperoleh investasi SDM yang diandalkan nantinya menjadi generasi emas yang mampu memberikan sumbangsih kepada negara dengan prestasi terbaik demi kemajuan, harkat dan martabat bangsa Indonesia.
Dengan kata lain, membangkitkan generasi emas hanya bisa dilakukan jika seluruh pemangku kepentingan pendidikan benar-benar menaruh perhatian luar biasa besar terhadap dunia pendidikan âBangkitnya Generasi Emas Indonesiaâ sebuah Visi Bangsa ataukah hanya sebuah mimpi belaka?, hendaknya mimpi yang mampu diwujudkan menjadi sebuah visi, sehingga akan menjadi pemicu semangat untuk menggapai kebangkitan nasional yang menjadi cita-cita bangsa Indonesia yakni bangkitnya rasa dan semangat persatuan, kesatuan dan nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. ***