Korban Ancam Lapor ke Polda dan Mabes, Jika Polres Ciamis Tidak Bertindak
Pamarican, (harapanrakyat.com),- Pimpinan padepokan, di wilayah Kec. Pamarican, yang diyakini melakukan penipuan dan pencucian otak, selama seminggu ini diketahui menghilang. Bahkan, saat ini kebutuhan 13 penghuni padepokan, korban penipuan, dipenuhi dan dibantu oleh warga sekitar.
Saat ditemui HR, Sumber yang enggan dikorankan mengatakan, dalang penipuan itu sudah tidak ada lagi di padepokan, sejak sepekan yang lalu. Kemungkinan, kata dia, Pimpinan padepokan itu menghilang setelah mendengar, bahwa kedok padepokan tersebut akan segera terbongkar.
Menurut dia, selama ini, pihak desa, dusun dan warga sekitar ikut memberikan bantuan berupa beras dan makanan pokok, sebagai kepedulian terhadap para korban. Bahkan pihak desa sedang mengusahakan dan melaporkan kondisi yang dialami oleh penghuni pendatang itu kepada Dinas Sosial (Dinsos) Kab. Ciamis, agar para korban dipulangkan ke kampung halamannya masing-masing.
Informasi terakhir, para korban yang saat ini menghuni padepokan, masih menunggu keputusan dari pihak Polres Ciamis, untuk menindaklanjuti laporan yang mereka sampaikan beberapa waktu yang lalu.
Para korban juga mengancam akan melaporkan kejadian yang mereka alami ke Polda Jabar, dan Mabes Polri, seandainya Polres Ciamis tidak segera melakukan tindakan. Selain itu, korban juga akan mendatangkan kerabat dari Jakarta dan Medan untuk membantu proses tersebut.
Sementara itu, Humas Polres Ciamis, IPDA Iis Yeni, I., Senin, (17/4), mengatakan, pihaknya masih dalam tahapan Lidik (Penyelidikan) dan mengumpulkan data-data, yang mungkin menguatkan kasus penipuan dan pencucian otak berkedok padepokan itu.
âPolres Ciamis masih harus mengumpulkan data-data, terutama saksi. Tahapannya masih sampai penyelidikan, dan hal itu sesuai dengan aturan hukum yang berlaku,â katanya.
Dalam pemberitaan edisi sebelumnya, menyatakan, sebuah Padepokan di wilayah Kecamatan Pamarican, yang berdalih sebagai tempat pengobatan dan peribadatan mulai jadi perbincangan.
Kabar itu mencuat lantaran Padepokan tersebut diduga mengajarkan ajaran sesat kepada warga. Bahkan, diduga melakukan penipuan, dengan modus bisa menggandakan sejumlah uang. (dsw/pra)