Bagi anda yang punya hobi mengkonsumsi roti, bisa jadi ulasan kali ini menginspirasi anda untuk membuat atau bahkan membuka toko roti dan kue. Bagi warga Ciamis dan sekitarnya, nama Toko Hejo pasti sudah tidak asing didengar, toko ini dikenal sebagai produsen roti yang cukup lumayan memiliki usia, menyediakan roti dan kue dengan berbagai rasa.
Pemilik Toko Hejo, Bobby (46), Selasa (27/3), menceritakan perjalanan usaha di bidang bakery atau pembuatan roti dan kue ini. Menurut dia, dirinya merupakan pengelola Toko Hejo generasi yang kelima.
Lebih jauh, Bobby mengisahkan, Toko Hejo merupakan usaha keluarga yang dikelola secara turun-temurun. Bahkan, dia memperkirakan usaha pembuatan roti dan kue yang dijalankan keluarganya itu sudah berusia lebih dari seratus tahun.
Tidak sedikit pejabat dari pemerintahan sering memesan berbagai paket roti, kue, dan snack untuk acara resmi. Kemudian, acara pernikahan, seminar, dan acara pertemuan-pertemuan lain yang digelar instansi pemeritahan dan swasta.
Produk yang ditawarkan Toko Hejo sebenarnya tidak jauh berbeda dari toko roti kebanyakan. Ada black forest, aneka taart, roti pisang, roti keju, coklat kacang, roti semir, tawar manis, isi ayam, roti kering, mandarin, brownies, bolu, aneka snack dan juga bakery.
Yang membuat berbeda dengan toko roti yang lainnya adalah harganya yang terjangkau, tetapi mutu dan rasanya tidak kalah dengan roti yang lebih mahal. Bobby menandaskan, kue dan roti yang dibuat di Toko Hejo bebas dari bahan pengawet, dan terjamin kesehatannya.
Resep Kue dan Roti Toko Hejo ‘Rahasia Perusahaan‘
Bahan dasar untuk pembuatan roti pada umumnya hampir sama yakni terigu, mentega, gula, garam, telur, dan susu. Dalam proses pembuatan roti ini, lanjut Bobby, dirinya sama sekali tidak mengalami kesulitan, karena pengalaman usaha puluhan tahun itu membuat produksi roti Toko Hejo lebih dipercaya.
“Kalau resepnya, sudah jadi rahasia perusahaan kami. Yang pasti kami menjamin kesehatan konsumen, karena produk kami bebas bahan pengawet,” ungkapnya.
Bobby juga menegaskan, Toko Hejo juga bagian dari cagar budaya, karena usianya yang sudah tua. Konon menurut cerita orang tua, kata Bobby, produksi roti Toko Hejo dulunya dilakukan oleh orang barat/ Belanda, dengan jumlah karyawan mencapai 50 orang.
Pada kesempatan itu, Bobby menambahkan, pemasaran produk Toko Hejo pernah dilakukan dengan cara door to door, menggunakan tenaga warga yang ingin berjualan roti keliling.
Hanya saja, di pertengahan jalan, kata Bobby, beberapa diantara penjual eceran roti Toko Hejo nakal. Mereka membeli produk dari produsen lain, dan mengaku bahwa produk tersebut dari Toko Hejo.
Sejumlah konsumen/ pelanggan yang mengetahui hal itu kemudian komplen, dan membuat pemilik toko mengambil keputusan untuk tidak memasarkan roti dan kue melalui penjual eceran/ keliling.
“Pelanggan kami sudah banyak. Mereka lebih memilih datang langsung ke Toko Hejo, dan membeli roti-kue yang mereka inginkan,” pungkasnya. (Deni Supendi)