(Akibat Saluran Air Tidak Normal)
Padaherang, (harapanrakyat.com),- Akibat tidak normalnya saluran pembuangan air, sudah hampir tiga tahun para petani di Desa Paledah, Kec. Padaherang, Kab. Ciamis, mengalami gagal panen atau puso karena lahan pesawahan mereka tergenang banjir.
Menurut Kepala Desa Paledah, Sano (43), bahwa air yang menggenangi sawah petani di wilayahnya merupakan air pembuangan dari wilayah Desa Sukamaju dan Maruyungsari. Namun, genangan airnya tidak pernah surut sampai sekarang.
Dikatakan Sano, dulu, biasanya sehabis banjir lahan pesawahan masih bisa ditanami lantaran saluran pembuangannya masih normal. Berbeda dengan sekarang, para petani mencoba bercocok tanam setiap musim kering, tapi selalu gagal karena lahan sudah tidak produktif lagi.
âKondisi seperti itu tentu sangat merugikan dan menurunnya pendapatan masyarakat. Bahkan sebagian petani yang tidak mempunyai penghasilan tetap pada pergi ke kota-kota besar hanya sekedar untuk menyambung biaya hidupnya,â kata Sano, pekan lalu pada HR.
Pihak pemerintah desa sendiri sudah berupaya minta bantuan kepada Pemda. Kabupaten Ciamis, tapi baru 20 persen terealisasi, yakni dengan cara normalisasi sodetan ke Sungai Ciseel.
Jika tidak dibuatkan saluran baru untuk aliran air yang berasal dari Desa Sukamaju dan Maruyungsari, lanjutnya, maka akan menimbulkan banjir yang berkepanjangan. Dan diperkirakan sawah yang terkena puso luasnya mencapai sekitar 450 hektare. Apabila hal itu terjadi, Sano mengkhawatirkan nasib petani Desa Paledah selanjutnya.
Kini, sebagian petani ada yang menjadi nelayan lokalan, yaitu bila musim hujan tiba, mereka dengan cekatan menyiapkan peralatan untuk menangkap ikan, seperti dilakukan Hasan (39).
âKalau musim hujan tiba, saya berangkat dari rumah setelah sholat shubuh dan akan pulang pada siang harinya dengan membawa hasil tangkapan ikan yang cukup banyak. Tapi sekarang ini ikannya sudah tidak banyak seperti dulu lagi,â tutur Hasan.
Sementara itu, menurut tokoh masyarakat setempat yang rumahnya berada dekat Sungai Ciseel, Atong Suryana (67), dan Koling Irawan (40), bahwa banjir paling besar di Paledah terjadi pada tahun 1957. (Madlani)