Banjar, (harapanrakyat.com),- Di negeri ini, setiap tahunnya kecelakaan di jalan raya menelan korban sekitar 31.000 jiwa. Penyebab terbesar, 80-90 persen dari setiap kecelakaan ini adalah human error (faktor manusia). Kecelakaan pun selalu diawali adanya pelanggaran dalam berlalu-lintas.
Demikian menurut pandangan umum masyarakat yang dihubungi HR, berkaitan dengan maraknya kecelakaan di jalan raya yang menimbulkan korban jiwa. Terakhir, bus Maju Jaya terguling dan masuk jurang di Sumedang, Jabar, (Rabu pekan lalu). Kejadian tersebut menewaskan 12 orang, serta 26 penumpang lainnya mengalami luka berat dan ringan.
Kecelakaan di jalan raya kerap pula terjadi di Kota Banjar sampai menimbulkan korban jiwa akibat tabrakan antara sepeda motor dan kendaraan roda empat atau lebih. Beberapa titik-titik keramaian belum semuanya dipasangi traffic light (lampu stopan pengatur lalu-lintas.red).
Menurut berbagai pandangan masyarakat, semua kecelakaan itu selalu dimulai dari adanya sebuah pelanggaran. Pertama, dikerenakan pelanggaran kecepatan. Kedua, pelanggaran berkendaraan di pertigaan atau perempatan jalan. Perlunya pengawasan secara elektronik, publik berpendapat bahwa pelanggaran akan berkurang. Di lain pihak, berkurangnya pelanggaran tentu sudah dipastikan kecelakaan pun akan berkurang.
Meski titik-titik keramaian di Kota Banjar sudah mulai dipasang traffic light, tapi terasa masih kurang. Beberapa pertigaan dan perempatan jalan yang sudah diatur menggunakan aturan jalan dengan taman, kini sudah tidak memadai. Hal itu disebabkan karena jumlah pengendara di Kota Banjar setiap tahunnya makin meningkat, sehingga arus lalu-lintas akan semakin ramai.
Kecelakaan lalu-lintas malah sering terjadi di pertigaan yang tidak diatur lampu stopan, contohnya di pertigaan antara Jl. Kapten Jamhur dengan Jl. Tentara Pelajar, atau sering disebut pertigaan RCA, kerap terjadi kecelakaan lalu lintas. Dimana di sekitar pertigaan tersebut ada jalan tikus (gang) yang menjadi jalan pintas menuju ke arah Jl. Batulawang yang ramai selama 24 jam, seperti halnya Gang. Nangka.
Meskipun setiap pagi arus lalu-lintas di kawasan itu diatur petugas Polisi Lalu-lintas (Polantas), karena memang sering macet. Tapi pada siang dan sore hari, justru kemacetan sering terjadi akibat adanya tabrakan. Bahkan, di jalan tikus (Gang. Nangka) kerap juga terjadi tabrakan antara motor dan motor, bahkan dengan mobil.
Seorang pemerhati lalu-lintas yang enggan disebut namanya, menceritakan kepada HR, bahwa faktor pengendara sebagai penyebab kecelakaan di jalan raya. Pengendara kandang tak mau memeriksa kondisi kendaraannya sebelum bepergian. Selain itu, dalam berkendaraan juga sebaiknya sesuai etika dan taat aturan berlalu-lintas.
Sedangkan masyarakat umumnya berpendapat, pentingnya faktor penegakan hukum di jalan. Pemeliharaan insfrasturtur di jalan, seperti lampu lalu-lintas yang mati dan jalan yang berlubang perlu diperhatikan pula oleh Pemerintah Kota Banjar. (adi)