Pulau Christmas atau Pulau Natal luasnya 135 km2. Letaknya hanya 500 Km (310 mil pantai) dari Jakarta. Jika ditarik garis pantai dari pulau terluar Australia (terdekat ke Indonesia) hanya 975 Km (606 mil pantai) dari pulau Cocos (pulau Keling). Bahkan jika ditarik garis pantai dari kota terluar di Australia (terdekat ke Indonesia) hanya 2600 Km (1600 mil pantai dari kota Perth Auatralia barat). Bandingkan jika ditarik garis lurus dari pantai selatan Jawa Barat, pantai Pangandaran Kabupaten Ciamis hanya kurang lebih jarak 360 Km.
Bila dilakukan penerbangan dari Bandar udara Nusa Wiru Kec. Cijulang Ciamis selatan, menuju pulau Chirstmas hanya menempuh waktu terbang 45 menit saja. Pekan lalu masyarakat Pangandaran dikejutkan terdamparnya imigran gelap asal Afganistan, Pakistan, dan Iran, katanya sebanyak 70 orang menggunakan kapal kayu penangkap ikan 10-25 gross ton (GT).
Tenggelam di perairan Palawangan pantai selatan Kabupaten Ciamis, tepatnya di desa Majingklak, Kec. Kalipucang Selasa (1/11) tujuan Pulau Christmas Australia. Akibat peristiwa tersebut 8 orang meninggal, 6 orang wanita dewasa dan 2 orang balita wanita. Jumlah korban yang bisa diselamatkan 49 orang termasuk 3 ABK WNI asal Kupang NTT, 14 penumpang lainnya dinyatakan hilang belum diketahui asal kewarganegaraannya.
Pulau Christmas (Pulau Natal), adalah sebuah pulau kecil yang terletak di selatan Jawa Barat dan sejajar dengan bagian utara benua Australia. Pulau ini dihuni oleh 1,493 jiwa. Dengan kota terbesarnya yaitu Flying Fish Cove, luas pulau itu hanya 135 Km2 lebih kecil dari Pulau Bali.
Flying Fish Cove adalah, sebuah pelabuhan di Pulau Christmas yang merupakan bagian dari wilayah Australia di Samudra Hindia. Kota ini terletak di pantai utara pulau dan ibu kota provinsi. Didirikan pada tahun 1888 sebagai pemukiman pertama di pulau itu.
Pulau ini sangat strategis menuju ke belahan benua lain, oleh karena itu Pulau Christmas ini dipergunakan sebagai pangkalan militer milik Australia, tentu saja didalamnya memberi akses dan ruang yang sebesar-besarnya bagi Inggris dan Amerika Serikat menggunakan pulau itu untuk kepentingan militer kedua negara itu.
Pada tahun 2010 penghuni pulau itu 3.000 jiwa, Pulau Christmas ini ternyata dipergunakan juga untuk menahan imiran gelap yang mencoba memasuki Australia secara gelap. Jika imigran gelap berhasil melewati pulau karang dekat Perth, petugas keamanan akan melepaskan suatu benda bukan granat yang dapat menghancurkan perahu yang mencoba merapat ke daratan.
Pulau ini memang benar-benar menjadi neraka bagi imigran gelap. Meskipun menjadi neraka bagi para imigran gelap, pulau ini ternyata menjadi surga bagi Australia. Selain adanya kepentingan politik dan pertahanan sebagai mana disebut diatas. Dari sisi komersial pulau ini juga patut dibanggakan Australia disektor pariwisata.
Tak heran bila imigran gelap dari Iran, Afganistan dan Pakistan memilih Pulau Christmas sebagai pulau harapan. Soalnya umumnya mereka adalah orang-orang yang menghindar dari tekanan kelompok Taliban di negaranya karena mereka bekerja untuk Nato (North Atlantic Treaty Organization/Pakta Pertahanan Atlantik Utara) dan Amerika Serikat.
Mereka berharap bila ditangkap pihak Imigrasi Australia, tidak akan dideportasi ke negara asalnya. Dan dapat diterima sebagai warga negara Australia, yang bermukim di Pulau Christmas. Namun bila tidak ada indentitas pulau itu adalah neraka, tapi bila bisa diterima hidup dan jadi warga negara Australia adalah suatu mukjizat. Makanya mereka berdemo minta dikirim ke Australia. (Deni.HR/berbagai sumber)