Banjar, (harapanrakyat.com),- Kerupuk kedelai Rajawali Mas milik Harno (58), warga Lingkungan Cimenyan, RT 02/08, Kelurahan Hegarsari, Kec. Pataruman, Kota Banjar, adalah salah satu hasil produksi usaha rumahan yang dinilai cukup berhasil.
Untuk pemasarannya memang saat ini belum bisa menembus pasar di luar daerah, namun pemasaran di wilayah Kota Banjar sudah tersebar di beberapa tempat, yaitu Pasar Banjar dan toko makanan.
Dari hasil usaha rumahannya itu, Harun bisa mendapatkan keuntungan sekitar 30%. Jumlah tersebut dihitung berdasarkan modal yang dia keluarkan dalam satu kali produksi, termasuk pembayaran pegawai dan listrik.
Harno menuturkan, bahwa usahanya dimulai dari tahun 2003. Awalnya dia melihat kerupuk kedelai yang dijual di pasaran sangat laku. Sejak itu timbul ide untuk mencoba membuka usaha rumahan membuat kerupuk kedelai.
Namun, kerupuk yang diproduksi Harno tidak bisa dikonsumsi secara langsung, melainkan kerupuk setengah jadi, sehingga konsumen harus menggorengnya terlebih dahulu.
“Selain itu, yang membedakan dengan kerupuk kedelai lain adalah dari segi rasa dan ukuran. Kalau kerupuk kedelai Raja Mas ukurannya juga lebih besar, serta tidak menggunakan bahan pengawet, tetapi dapat bertahan lama karena saat proses penjemurannya dilakukan secara maksimal,” tuturnya, Senin (31/10).
Bahkan, dalam satu kali produksi, Harno bisa menghabiskan waktu selama empat hari untuk proses penjemuran, tergantung kondisi cuaca. Dalam menjalankan usahanya dia dibantu oleh istri dan empat orang karyawannya.
Kalau cuaca mendukung atau sedang musim kemarau, untuk satu kali produksi Harno membutuhkan tepung tapioka, tepung terigu maupun kedelai berkualitas sebagai bahan baku utama masing-masing sebanyak 10 kg.
Dari bahan sebanyak itu dapat menghasilkan 120 bungkus. Satu bungkusnya berisi lima keping, dengan harga jual Rp.5.000/bungkus.
Diakui Harno, keberhasilan usahanya tersebut tidak terlepas dari bantuan pemerintah yang pernah diterimanya, antara lain mesin siler atau pengepresan dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kota Banjar.
Kemudian, bantuan permodalan berupa uang dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dinsosnaker) Kota Banjar, serta bantuan kompor berikut tabung gas dan dua buah open dari Yayasan Saung Kadeudeuh tahun 2004.
“Usaha rumahan bisa menjadi usaha yang menjanjikan apabila dijalani dengan tekun. Harapan saya adalah, ingin usaha ini menjadi lebih berkembang lagi, memperluas pemasaran ke luar daerah, kalau bisa sampai ke luar Jawa,” pungkasnya. (PRA)