Mulanya hanya 3-5 Ratus Tusuk, Kini Capai 3-5 Ribu Tusuk Perhari
Ciamis, (harapanrakyat.com),- âSekarang, berjualan sate tidak perlu keliling keluar masuk desa, tapi cukup duduk dan menunggu konsumen datang. Pedagang sate tidak lagi harus berkeringat karena berjalan jauh, yang penting bagaimana bisa menunjukkan senyum keramahan kepada pembeli,â kata Iding (54), pemilik Kedai Sate Etom Ciamis, Minggu lalu di kediamannya, di Panoongan Ciamis.
Ketika ditemui HR, Iding membagi pengalaman seputar usahanya yang hingga kini kian laris manis. Bahkan, usahanya tersebut baru-baru ini sudah membukan dua cabang lagi, yakni di Imbanagara dan sekitar Sejahtera Plaza Pujasera, dekat terminal Ciamis.
Lebih lanjut Iding menceritakan, nama Sate Etom berasal dari perintisnya, yaitu Bapaknya sendiri yang bernama Etom. Menurut Iding, bapaknya (Etom) memulai usaha sekitar tahun 65-an, bersama kerabatnya.
Pada mulanya, Etom berjualan sate dengan cara dipikul, dan biasa mangkal di jalan pemuda, tepatnya di depan Bioskop Pusaka Ciamis. Kala itu, dalam satu hari, Etom bisa menjual 300 sampai 500 tusuk sate ayam dan kambing.
Setelah tiga tahun berjalan, dan usaha jualan sate mulai berkembang, Etom memutuskan untuk mengontrak jongko di perempatan Jl Jend. A. Yani-Jl. Pemuda, masih berdekatan dengan tempat semula. Kemudian, karena masalah usia, usaha tersebut diserahkan kepada anaknya, Iding.
âBapak sudah tua, mungkin faktor lainnya, siapa lagi yang melanjutkan usaha tersebut kalau bukan kepada anaknya,â kata Iding.
Iding mengaku, Sate Etom makin berkembang, dan sudah bisa membuka dua cabang di Imbanagara, dan di sebelah barat Sejahtera Plaza Pujasera. Saat ini, Iding mempunyai 14 orang karyawan.
Dia juga mengungkapkan, perhari Iding bisa menjual Sate Etom antara 3 ribu hingga 5 ribu tusuk sate. Menurut Iding, Sate Etom memiliki khas tersendiri, tidak keras dan bumbunya sangat terasa di lidah. Selain itu, Iding juga tetap menjaga racikan olahan seperti olahan yang dibuat pendahulunya.
Kepada HR, Iding menambahkan, satu porsi Sate Etom dibandrol dengan harga Rp. 17 ribu, baik sate kambing ataupun sate sapi, berikut nasi. Banyak pelanggan yang sudah merasakan sate etom, baik dari kalangan masyarakat biasa hingga pejabat.
Iding menjelaskan, pada dasarnya, sate bisa dibuat dari potongan daging ayam, kambing, domba, sapi, babi, ikan, dan lain-lain. Kemudian daging potongan tersebut ditusuk dengan tusukan sate yang biasanya dibuat dari bambu, dan dibakar menggunakan bara arang kayu. Selanjutnya, sate kemudian disajikan dengan berbagai macam bumbu bergantung pada variasi resep sate.
Resep dan cara pembuatan sate beraneka ragam, bergantung variasi dan resep masing-masing daerah. Hampir segala jenis daging bisa dibuat sate. Sebagai negara asal mula sate, Indonesia memiliki variasi resep sate yang kaya.
Biasanya sate diberi saus, saus ini bisa berupa sambal kecap, sambal kacang, atau yang lainnya, bisa juga saus bumbu manis kacang tanah atau bumbu pedas dan irisan tomat serta mentimun. Lalu sate dimakan dengan nasi hangat atau, kalau di beberapa daerah disajikan dengan lontong, kadang-kadang sate juga bisa dimakan dengan ketupat. (DSW)