Diantara gempuran produk fashion bermerek global yang menguasai lemari baju hingga alam pikir kita, merek lokal menyeruak dengan percaya diri. Label menjadi ajang pernyataan indentitas. Inilah saatnya kita ganti baju dari label global ke label lokal ? Salah satu diantaranya batik dijadikan pakaian nasional bangsa Indonesia.
Dunia mode memang meretas semangat kelokalan. Ketika desainer lokal papan atas telah cukup mapan merengkuh pasar kelas menengah pun tak ketinggalan direngkuh beragam produk fashion, pakaian bercorak batik yang dengan sadar mengusung label semangat kelokalan. Apresiasi terhadap batik, yang makin digemari seiring dengan ditetapkan batik sebagai warisan budaya dunia dari Indonesia oleh UNESCO pada tahun 2009. Siapa bilang batik tak bisa di pakai Clubbing? Dengan kreativitasnya pembuatnya, batik atau kain tradisional lainnya bisa dikenakan kapan pun, kemana pun, dan oleh siapa pun.
Busana batik, dipandang sebagai faktor yang bisa menjadi keunggulan produk lokal di bandingkan merek internasional, unsur etnik dipilih banyak perancang busana untuk tema keleksi mereka meski dengan terjemahan berbeda. Berbagai jenis batik yang beragam tidak hanya satu daerah saja, seperti di Yogyakarta atau Jawa Tengah. Di Jawa Barat pun kini mulai bangkit lagi, model-model batik yang dulu sempat tenggelam tergeser oleh merek internasional.
Seperti batik Ciamisan, Tasikmalaya, Garutan, Bogor dan Cirebonan dengan berbagai corak dan warna makin bervariasi. Untuk mereka yang tak bisa menjangkau harga produk desainer, tersedia pilihan yang lebih murah, seperti di otlet atau khusus toko batik tersedia pilihan lebih murah di berbagai pusat belanja maupun di pasar tradidional sekalipun. Bisa membeli pakaian/busana batik dengan harga yang lebih murah.