Banjar, (harapanrakyat.com),- Pihak sekolah atau guru di Kota Banjar Jawa Barat harus memantau jajanan yang biasa dikonsumsi para siswa di sekolah. Karena, tidak jarang makanan tersebut menggunakan bahan pewarna sehingga dapat membahayakan kesehatan.
Salah seorang guru di SD Negeri 1 Pataruman Kota Banjar, Hendra, mengatakan, memang jenis makanan yang dijajakan para pedagang di sekolah biasanya selalu terlihat menarik. Hal itu mungkin saja dilakukan supaya anak-anak tertarik untuk membelinya.
“Terkadang kami juga menanyakan pada anak-anak jika ada jenis jajanan baru yang terlihat agak aneh. Seperti menanyakan nama makanannya apa, dan rasanya enak atau enggak,” katanya Selasa (12/4).
Namun, lanjut dia, guru-guru juga sering menghimbau kepada anak didiknya supaya jangan jajan sembarangan. Artinya, mereka harus pandai memilih serta membedakan mana makanan yang menggunakan bahan pewarna dengan yang tidak.
Lantaran, bila mengkonsumsi makanan dengan menggunakan bahan pewarna buatan, sudah dipastikan dapat menyebabkan sakit perut dan tentu saja anak-anak akan terganggu konsentrasi belajarnya, atau bahkan tidak bisa mengikuti pelajaran.
Selain memantau dan menanyakan kepada anak-anak mengenai nama makanan dan rasanya, terkadang guru juga menanyakan langsung pada pedagangnya. “Ya biasanya menanyakan bahannya dari apa dan bumbunya apa saja,” ujarnya.
Dengan cara seperti itu, kata Hendra, maka secara tidak langsung guru telah mengawasi jajanan di sekolah, dan dapat memastikan bahwa makanan tersebut aman untuk dikonsumsi oleh anak-anak.
“Namun, yang saya tahu selama ini jajanan di sekolah kami tidak banyak menggunakan pewarna, karena rata-rata jenis makanannya gorengan, mungkin hanya dari saus saja,” tandasnya.
Sementara itu, Yayat, pedagang makanan jenis agar-agar yang sering mangkal di beberapa SD, TK dan PAUD, mengaku, dagangannya itu memang sangat diminati anak-anak. Lantaran, selain makanan tersebut dibuat dengan berbagai warna, ukurannya pun sengaja dicetak kecil-kecil.
“Pewarna yang digunakan tentu saja pewarna khusus untuk makanan, ada yang kuning, merah, hijau dan putih, kalau rasanya tetap sama manis. Satu bijinya saya jual seratus rupiah, biasanya anak-anak belinya lima ratus rupiah sampai seribu rupiah,” tuturnya.
Dikatakan Yayat, selama dirinya menjadi pedagang agar-agar, belum pernah ada pembeli komplain akibat mengkonsumsi makanan tersebut. Dengan demikian, dia merasa yakin kalau pewarna yang digunakannya aman. (Eva)