Banjar, (harapanrakyat.com),- Berdasarkan data tercatat dalam Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (ILPPD) Kota Banjar tahun 2010, terjadi adanya peningkatan daya saing pendidikan di tingkat SMP dan MTs sebesar 100,82 %.
Namun, peningkatan terebut tidak sejalan dengan pencapaian nilai prestasi rata-rata pada Ujian Nasional (UN) SMP dan MTs tahun 2010 yang mengalami penurunan, yaitu dari 7,83 di tahun 2009, turun menjadi 7,41 di tahun 2010.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kota Banjar, Drs. Ade Setiana, mengatakan, fluktuasi hasil nilai rata-rata UN siswa biasa terjadi.
“Untuk nilai UN, jika terjadi fluktuasi itu sudah menjadi hal yang wajar. Karena, pendukung tercapainya nilai UN yang optimal bukan hanya sekedar peningkatan daya saing saja,” tuturnya, Selasa (19/4).
Lanjut Ade, memang salah satu pendukung tercapainya nilai UN yang baik adalah daya saing pendidikan, tapi faktor lain seperti kondisi siswa dalam menyerap pelajaran, juga sangat mempengaruhi.
Untuk itu, pihaknya terus melakukan upaya peningkatan kwalitas pendidikan, salah satunya dengan meningkatkan daya saing pendidikan di Kota Banjar, dengan membangun fasilitas belajar yang baik, serta peningkatan sumber daya manusia pengajar.
Menurutnya, jika fasilitas dan SDM pengajar sebagai salah satu faktor pendukung pencapaian nilai siswa terus ditingkatkan, diharapkan para pendidik mampu mencetak nilai-nilai siswa lebih baik lagi.
“Perlu untuk diketahui, memang tidak serta-merta jika daya saing pendidikan tinggi, maka pencapaian nilai siswa juga akan baik, karena banyak faktor pendukung lainnya. Namun, kami akan terus berupaya untuk meningkatkannya,” kata Ade.
KIPK Pertanyakan Penyelenggaraan Pendidikan di Kota Banjar
Menanggapi permasalahan tersebut, Koordinator KIPK Kota Banjar, Dadang Rustama, mengatakan, seharusnya bila daya saing pendidikan meningkat, tentu akan seiring dengan peningkatan raihan nilai siswa.
“Sangat tidak masuk akal jika daya saing meningkat, tapi pencapaian nilai siswa menurun. Seharusnya pencapaian nilai siswa juga ikut baik. Kalau kenyataannya terbalik, justru ini perlu dipertanyakan, ada apa dengan penyelenggaraan pendidikan di Kota Banjar,” katanya.
Menurut Dadang, selama ini yang selalu menjadi persoalan klasik rendahnya pendidikan di Indonesia akibat fasilitas pendidikan dan tenaga pendidikan tidak optimal. Sehingga hal itu tidak mendukung daya saing pendidikan, hasilnya nilai siswa menjadi kurang baik atau bahkan jeblok.
Lanjut dia, faktor pendukung lain selain daya saing pendidikan untuk mendukung pencapaian nilai siswa yang baik tentu ada, salah satunya niatan dari siswa itu sendiri.
“Saya akui, selain daya saing pendidikan, memang banyak faktor pendukung lain, namun dengan tenaga pengajar yang baik tentu harus dapat memacu dan memberikan motivasi kepada siswa didiknya, untuk bisa mencapai nilai lebih baik.” katanya. (pjr)