Banjar, (harapanrakyat.com),- Akibat belum adanya makanan khas Banjar, petugas hotel seringkali tidak bisa menjawab ketika ada tamu yang menanyakan mengenai apa makanan, atau oleh-oleh khas dari Kota Banjar.
Seperti diungkapkan Suparman, Front Office Hotel Banjar Indah. Dia mengaku, hampir setiap tamu yang menginap di hotel tersebut rata-rata mempertanyakan hal itu.
“Jujur saja, saya sendiri selaku petugas hotel yang juga sebagai orang Banjar, tidak tahu makanan khas Banjar. Jadi bingungmenjawabnya kalau ada tamu yang menanyakan makanan khas Banjar. Dan memang pertanyaan seperti itu sering muncul, mungkin mereka ingin membeli buat oleh-oleh. Ada yang bilang katanya noga kacang, tapi ternyata susah didapat di pasaran, padahal kan kalau makanan khas itu gampang dicari,” tuturnya, Senin (28/2).
Dikatakan dia, kalau saja Kota Banjar sudah punya ciri khas makanan yang dapat dijadikan buah tangan, maka pihak hotel pun tentu akan mempromosikan pada setiap tamunya.
Fasilitas kantin di hotel tersebut bisa digunakan untuk menjual belikan jajanan/oleh-oleh khas Kota Banjar, sehingga tamu hotel dapat dengan mudah memperolehnya.
Meski saat ini di Kota Banjar sudah ada kawasan wisata kuliner, namun, kata Suparman, hal itu belum mampu menjadi daya tarik bagi para pendatang.
“Saya pernah menunjukkan kawasan wisata kuliner pada beberapa orang tamu, mereka juga sempat berkunjung ke sana, tapi tidak lama balik lagi, kata mereka tidak ada yang menarik di lokasi tersebut, baik dari segi makanan maupun tempat,” ujarnya.
Selain mempertanyakan masalah makanan khas Kota Banjar, lanjutnya, tidak jarang tamu hotel juga menanyakan tempat hiburan. Padahal, sebagai kota transit, Banjar sudah selayaknya memiliki tempat hiburan yang mampu menarik pengunjung dari luar.
Menanggapi permasalahan tersebut, Kasi. UKM Bidang KUKM Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kota Banjar, Opang Permana, Selasa (1/3), mengatakan, bahwa sebetulnya di Banjar ini ada satu jenis makanan olahan yang tidak ada di daerah lain, yaitu kriping pisang asak (Kripas).
Namun, jenis makanan olahan tersebut belum bisa dikatakan makanan khas Kota Banjar, karena UKM yang memproduksinya masih sangat terbatas.
“Ada beberapa kriteria untuk menentukan, atau menjadikan makanan khas. Salah satunya yaitu makanan tersebut mudah ditemui di pasaran, dan yang memproduksinya pun banyak. Sedangkan produksi kripas saat ini masih terbatas, sehingga tidak bisa ditemui di setiap toko makanan,” terangnya.
Menurut Opang, bisa saja makanan olahan kripas dijadikan makanan khas Kota Banjar, karena memang di daerah lain tidak ada. Oleh karena itu, perlu dukungan dari para pelaku UKM/home industry untuk sama-sama memproduksi jenis makanan tersebut. (Eva)