Panawangan, (harapanrakyat.com),- Warga sekitar gunung Ciracak Kecamatan Panawangan Kab. Ciamis khawatirkan kepunahan segala jenis burung yang ada di wilayah gunung tersebut. Pasalnya, diakui warga hewan langka seperti burung colibri, rambatan dan kores mulai banyak dicari pemburu liar.
Udin (42), warga yang tinggal tidak jauh dari kawasan gunung Ciracak, ketika ditemui HR, Minggu, (6/2) mengungkapkan kekhawatirannya. Udin mengatakan, dirinya sudah tidak lagi dapat mendengar kicauan burung-burung dari kawasan gunung tersebut.
Padahal menurut Udin, ketika dirinya masih remaja, sering mendengar burung-burung saling besahutan di pagi dan sore hari. Namun belakangan ini, suara-suara seperti itu, sulit untuk didapatkannya.
Dia menjelaskan, kepunahan itu disebabkan oleh maraknya perburuan liar burung oleh orang yang gemar dan hobi memelihara burung. Selain itu, banyak juga yang sengaja memburu burung demi keuntungan bisnis semata-mata.
“Jika dibiarkan demikian, bisa dibayangkan. Jumlah burung yang ada di gunung itu bisa habis dan punah. Lebih parah lagi seandainya anak cucu dan generasi kita nantinya tidak pernah mengenal jenis burung tersebut,” ungkapnya.
Untuk itu, Udin berharap, agar Pemerintah Kab. Ciamis dapat menindaklanjuti kekhawatirannya akan kelestarian burung-burung tersebut.
Berburu Demi Hobi
Untuk mengetahui perburuan yang dianggap membuat punah burung-burung di wilayah gunung Ciracak tersebut, HR menaiki gunung itu dan berhasil menemui sejumlah pemburu yang sedang mencari burung.
Salah satunya Andri (26), pemburu asal Dusun Kondang Desa Cinyasag. Ketika ditemui HR, Andri mengaku rela berjalan kaki menyusuri jalan menuju gunung Ciracak sepanjang 20 kilometer, demi hobinya tersebut.
Menurut Andri, kawasan gunung Ciracak masih banyak menyimpan sejumlah jenis burung yang dia cari. Bagi Andri, berburu burung-burung kecil sudah menjadi hobinya sejak dia masih kecil.
Dalam sehari, Andri bisa mendapatkan burung jenis colibri, rambatan dan kores sebanyak dua ekor. Kalaupun dijual, Andri mengaku bisa meraup uang perekor burung sebesar Rp. 50 ribu.
Andri lebih lanjut menceritakan, dirinya bahkan sering rela meninggalkan pekerjaannya sebagai kondektur mobil, demi hobinya berburu burung-burung kecil tersebut.
Ketika ditanya mengenai cara berburu burung yang dilakoninya, Andri mengungkapkan, alat untuk menangkap burung cukuplah sederhana. Dia menjelaskan, hanya menggunakan lem yang terbuat dari getah teureup dan getah karet, yang kemudian dia tempelkan pada ranting diatas sangkar burung yang dijadikan jontrotnya.
Tidak hanya itu, setiap kali dia berburu, Andri juga membawa dua bocah tetangganya yang masih duduk di sekolah dasar (SD). Ketika ditemui HR, Rohmat dan Diki, mengaku senang bisa ikut berburu bersama dengan Andri.
Alasan Diki dan Rohmat mau ikut berburu, karena mereka seringkali mendapat upah dari Andri, baik berbentuk uang atau burung hasil buruan. Keduanya juga mengaku memiliki tugas untuk menjaga dan meniup terompet pengundang burung yang terbuat dari bambu. (dji)