Kita masih belum bisa melupakan peristiwa besar yang terjadi di Kota Banjar ini, yakni peristiwa tabrakan Kereta Api (KA) 174 Kutojaya Selatan dengan KA Mutiara Selatan CC 20311 yang terjadi di Stasiun KA Langensari, Kota Banjar, Jumâat (28/1), sekitar pukul 02.24 WIB. Tabrakan tersebut mengakibatkan 3 orang penumpang KA Kutojaya meninggal dunia di tempat, 33 luka berat, serta 11 luka ringan.
Siapapun tidak menyangka bahwa musibah itu akan terjadi di sekitar kita, tapi apa daya itu sudah merupakan kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Kita harus bisa mengambil hikmah dari kejadian itu untuk lebih berhati-hati dalam menjalankan aktifitas sehari-hari.
Untuk lebih mengetahui bagaimana detik-detik penananganan dan proses evakuasi pasca tabrakan, HR berhasil menemui sejumlah tim medis yang terlibat dalam proses evakuasi dan penanggulangan para penumpang/ korban tabrakan. Berikut ini kisahnya!
dr. Ika Rika, seorang Dokter yang bertugas di Dinas Kesehatan Kota Banjar, pada malam peristiwa tabrakan, kebetulan kediamannya tidak jauh dari lokasi peristiwa, menceritakan bahwa dirinya seperti biasa bangun pada dini hari.
Kepada HR, Ika mengutarakan, bahwa pada saat itu dia tidak mendengar suara benturan apapun, meski lokasi rumahnya tidak begitu jauh dari Staisun KA Langensari. Setelah beberapa saat terbangun, kurang lebih pukul 02.45, dia mendengar handphone miliknya berbunyi.
Ternyata, dia mendengar suara Kepala Puskesmas Langensari diujung handphone miliknya dan meminta bantuan untuk menangani korban kecelakaan yang terjadi di depan stasiun. Sontak saja, Ika terdiam sejenak karena merasa tidak mempercayai apa yang didengarnya itu.
Namun, ketika tersadar bahwa apa yang terjadi itu benar adanya, Ika langsung bergegas menuju ke Puskesmas Langensari dan menangani korban yang sudah berjubel di tempat tersebut. Para korban berhasil tiba di puskesmas berkat bantuan para warga sekitar stasiun yang lebih dahulu mengetahui adanya peristiwa tabrakan.
Ika pada waktu itu bersama sejumlah dokter dan perawat lainnya menempatkan para pasien di ruang-ruang kosong yang tersedia di Puskesmas. Setelah itu, mereka melakukan pemeriksaan kepada para korban.
Sebagai seorang dokter, Ika tahu apa yang harus segera dilakukannya, untuk menyelamatkan para korban tabrakan. Dia bergegas mencari alat-alat yang tersedia di puskesmas untuk melakukan pertolongan pertama bagi para korban.
Kepala Puskemas Langensari, dr Agus Budiana E, membenarkan, bahwa dirinya menghubungi dr, Ika Rika pada malam peritiwa tabrakan. Agus beralasan, kediaman dr Ika merupakan yang paling dekat dengan lokasi.
Untuk itu, Agus segera meminta bantuan kepada dr Ika untuk terlebih dahulu menangani para korban, sebelum dia tiba. Agus mengaku, ketika menelepon Ika, dia masih dalam perjalanan menuju lokasi.
Tidak hanya itu, Agus juga menghubungi sejumlah dokter lainnya seperti dr. Hendrik, dr, Tresna, dan dokter-dokter lainnya serta para perawat yang juga diharapkan bisa memberikan sumbangsih tenaganya untuk menolong para korban.
Agus menuturkan, setelah semua dokter dan perawat menyelesaikan penanganan pertama di Puskesmas, dirinya dan dr Ika beserta beberapa perawat langsung menuju lokasi tabrakan. Di lokasi itu, Agus dan Ika menemukan sejumlah korban yang dalam posisi terjepit rangka besi tempat duduk di kereta.
Keduanya langsung melakukan upaya-upaya untuk menolong para korban. Beberapa korban yang masih terhimpit, terpaksa diberi infus di tempat. Hal itu terpaksa dilakukan, karena korban mengalami pendarahan yang cukup luar biasa.
Proses evakuasi dan penanganan para korban berlangsung lama, mulai dari masih gelap hingga matahari nampak terang.
Ika dan Agus mengaku, memberikan pertolongan kepada korban seperti pada kecelakaan tabrakan KA, merupakan sudah bagian dari kewajibannya. Hanya saja mereka berharap, para korban selamat bisa mendapat kesembuhan.