Sapu lidi merupakan hasil kerajinan tangan yang banyak digunakan orang untuk keperluan membersihkan sampah, baik itu di halaman rumah, kantor maupun di tempat umum lainnya.
Bisnis sapu lidi pun dirasakan cukup menguntungkan bagi mereka yang menjalaninya. Lantaran, benda tersebut selalu dibutuhkan oleh masyarakat, khususnya bagi ibu rumah tangga dan petugas kebersihan.
Seperti diungkapkan Eman (55), pengusaha sapu lidi, warga Dusun Girimulya, Desa Neglasari, Kecamatan/Kota Banjar. Dia mengaku, selain bertani, pembuatan dan penjualan sapu lidi sudah dijadikan sebagai mata pencahariannya.
Ketika ditemui HR di rumahnya, Kamis (25/11), Eman mengatakan, bahwa sebelum menekunni bisnis sapu lidi, dia adalah seorang pengusaha galugu. Namun, karena penjualannya tidak sesui dengan apa yang diharapkan, akhirnya Eman beralih profesi menjadi pengusaha sapu lidi.
Usahanya tersebut mulai dilakukan sejak tahun 2006 silam. Awalnya hanya sekedar untuk mengisi waktu luang saja di rumahnya. Tapi, karena banyaknya pesanan yang datang maka Eman mulai serius menggeluti usahanya.
Modal awal yang digunakan untuk membeli sapu lidi dari para pengrajin besarnya mencapai Rp5 juta hingga Rp10 juta. Hal itu dilakukan, lantaran Eman tidak mampu memenuhi pesanan jika harus mengerjakannya sendiri.
Sehingga, dengan memberdayakan masyarakat sekitar, maka dalam satu minggu dia mampu memasok sapu lidi sebanyak 2.500 buah. Sapu tersebut dibeli dari para pengrajin seharga Rp700,00 per buah.
Kemudian, dia menjualnya kembali seharga Rp850,00 sampai Rp900,00 per buah. Pemasarannya tidak hanya di dalam kota saja, tapi juga telah merambah ke daerah Ciamis, Cirebon, Solo dan Yogyakarta.
“Sapu lidi yang saya pasarkan bukan saja hasil pembelian dari para pengrajin di Dusun Girimulya saja, tapi juga dari para pengrajin di daerah Tarakan, Sidamulih, Sukamaju, Golempang, Bojongkondang serta daerah daerah lainnya. Dan saya mengambil keuntungan dari satu buah sapu lidi itu antara 100 sampai 200 rupiah,” jelas Eman.
Dikatakan Eman, selain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, tujuan dirinya menekuni usaha tersebut juga agar para pengrajin sapu yang rata-rata manula itu, kreatifitasnya bisa tersalurkan.
“Saya suka kasihan kalau melihat nenek-nenek dan masyrakat lainnya yang tidak mendapatkan pekerjaan. Makanya saya mencoba membuka lapangan pekerjaan bagi mereka. Yaitu dengan cara mereka membuat sapu lidi, kemudian saya mengambilnya untuk dipasarkan di dalam dan luar kota,” tuturnya.
Namun, usaha seperti yang dijalani Eman bukannya tidak ada hambatan. Menurut dia, hambatan yang dirasakannya itu antara lain banyaknya saingan, serta permodalan.
“Harapan saya adalah, semoga usaha ini bisa terus berjalan. Dan kalau ada program dari pemerintah untuk pengusaha kecil seperti saya, mohon dibantu,” harapnya. ***